REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Partai pendatang baru, Partai Garuda, mencoba strategi khusus dalam menggaet pemilih pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Ketiadaan figur sentral membuat Partai Garuda berusaha keras memunculkan tokoh-tokoh baru yang dikenal masyarakat di lapisan terbawah.
Sekretaris Jenderal Partai Garuda Abdullah Mansuri mengatakan mereka berasal dari kalangan pedagang, petani, hingga nelayan. “Kami mencoba bergerak dengan cara berbeda karena apa? Partai kami tidak punya tokoh atau figur sentral,” kata Mansuri saat berbincang dengan Republika.co.id, Sabtu (27/10).
Sekitar kurang lebih 11 ribu calon anggota legislatif dari Partai Garuda di seluruh Indonesia mayoritas berasal dari tiga segmen tersebut. Hal ini, menurut Mansuri, merupakan cara antimainstream yang diterapkan sebuah partai politik di Indonesia.
Karena itu, Mansuri mengatakan, sebagai partai baru, dirinya sebagai sekjen rutin bersafari keliling daerah untuk melakukan pembekalan kepada para caleg. Para caleg yang kebanyakan juga merupakan masyarakat perdesaan dilatih untuk mahir dalam dunia perpolitikan.
Dalam hal ini, untuk mengantar Garuda masuk ke Senayan. “Basic mereka itu petani, nelayan, pedagang dan akhirnya mau berpolitik dan masuk Garuda. Ini yang harus kita kembangkan dan perluas,” kata dia.
Selain pemilih perdesaan, sama halnya partai-partai lain, Partai Garuda juga menyasar kalangan milenial. Sebab, basis pengurus Garuda di tingkat pusat sebagian besar dikendalikan oleh anak-anak muda yang menekankan pola kampanye secara digital.
Garuda, kata Mansuri, juga mempriotaskan wilayah pemenangan. Namun, dirinya enggan mengungkapkan daerah mana saja yang sudah dan akan difokuskan untuk menjadi pusat lumbung suara.
Upaya-upaya itu lantaran elektabilitas Partai Garuda masih sangat rendah. Hasil survei partai terakhir dari Lembaga Populi Center yang dirilis pada 24 Oktober lalu menunjukkan, elektabilitas Partai Garuda masih dibawah satu persen, tepatnya 0,5 persen.
Posisi tersebut berada di atas Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dengan 0,3 persen serta di bawah Partai Persatuan Indonesia (Perindo) yang sebesar 0,8 persen. Elektabilitas partai masih dikuasai oleh PDI Perjuangan, Partai Gerindra, Partai Golkar, PKB, dan Partai Nasdem.
“Hasil survei ini menjadi bagian dari evaluasi kami untuk meningkatkan kinerja. Jika belum satu persen maka ada cara berbeda yang kita persiapkan,” tutur dia.
Apalagi, partai bernomor urut 6 itu tidak bergabung dengan Koalisi Indonesia Kerja maupun Koalisi Indonesia Adil Makmur. Partai Garuda sejak awal berkomitmen untuk tetap berada di luar koalisi.