Jumat 26 Oct 2018 12:18 WIB

Pemerintah Tawari Pengungsi Kembali ke Sulteng dengan Kapal

Besarnya jumlah pengungsi dinilai tidak memungkinkan kembali dengan pesawat.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Nur Aini
Suasana kamp pengungsian Hunian Sementara (Huntara) di Kelurahan Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (20/10/2018). Sebanyak 300 tenda Huntara sumbangan Pemerintah Turki telah dipasang relawan PMI beserta tim terpadu untuk segera dihuni pengungsi selama masa pemulihan pascagempa tsunami disertai likuifaksi pada 28 September 2018.
Foto: ANTARA FOTO/Darwin Fatir
Suasana kamp pengungsian Hunian Sementara (Huntara) di Kelurahan Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (20/10/2018). Sebanyak 300 tenda Huntara sumbangan Pemerintah Turki telah dipasang relawan PMI beserta tim terpadu untuk segera dihuni pengungsi selama masa pemulihan pascagempa tsunami disertai likuifaksi pada 28 September 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga masyarakat Sulawesi Tengah (Sulteng) yang mengungsi ke daerah lain ditawarkan untuk kembali menggunakan kapal laut. Hal tersebut ditawarkan setelah melihat banyaknya jumlah warga masyarakat Sulteng yang pergi dan tidak mungkin semuanya dikembalikan menggunakan pesawat terbang.

"Ternyata pada saat bencana kemarin, pengungsi spontan banyak sekali. Ada yang mengungsi ke Surabaya ditampung di Juanda maupun Tanjung Perak, ada yang mengungsi ke Balikpapan, Makassar," kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto, di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis (25/10).

Bagi warga masyarakat Sulteng yang ingin kembali untuk melanjutkan hidup di Sulteng, Wiranto menjelaskan, pemerintah menawarkan untuk kembali menggunakan kapal. Menurutnya, pengembalian warga masyarakat Sulteng menggunakan pesawat terbang tidak mungkin dilakukan melihat jumlahnya yang begitu banyak.

"Pengembalian pakai pesawat terbang pasti tidak mungkin. Banyak sekali, ribuan juga. Misalnya pengungsi di Asrama Haji Makassar saja ada 3.419 (orang)," kata dia.

Pascabencana yang terjadi di Sulteng beberapa waktu lalu membuat warga masyarakat di sama berbondong-bondong meninggalkan Sulteng. Antrean panjang sempat terjadi di Bandara Mutiara Sis Al-Jufri. Hingga akhirnya mereka diarahkan untuk pergi menggunakan kapal laut.

Saat ramai di bandara, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menjelaskan, Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu tidak dikepung. Keramaian di sana terjadi lantaran masyarakat yang hendak keluar dari Kota Palu ke kota lain. Mereka ingin menggunakan pesawat Hercules yang hanya tersedia dua pesawat saja di sana.

"(Soal itu) sudah selesai. Sebagian kita kirim melalui (kapal milik) Pelni, sebagian melalui Hercules untuk yang sakit," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement