Selasa 23 Oct 2018 02:48 WIB

PKS Instruksikan Kadernya Fokus Kampanyekan Sandiaga

Setelah mundur dari Gerindra, Sandiaga dianggap menjadi milik bersama partai koalisi

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Nidia Zuraya
Seorang partisipan membentangkan baliho pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saat peresmian rumah pemenangan di Surabaya, Jawa TImur, Senin (22/10/2018).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Seorang partisipan membentangkan baliho pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saat peresmian rumah pemenangan di Surabaya, Jawa TImur, Senin (22/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah surat edaran DPP Partai Keadilan Sejahtera dengan nomor surat  05/D/EDR/DPP-PKS/2018 tertanggal 17 September 2018 beredar di kalangan wartawan. Surat yang ditandatangani Presiden PKS Sohibul Iman tersebut berisi instruksi kepada seluruh anggota fraksi PKS untuk mengoptimalkan kampanye terhadap Calon Wakil Presiden (Cawapres) Sandiaga Salahuddin Uno di daerah pemilihannya masing-masing demi membangun efek ekor jas (coat-tail effect).

Direktur Pencapresan PKS Suhud Alynudin tidak membantah hal tersebut. "Kajian di internal kami masih dimungkinkan PKS mendapatkan coat-tail effect dari sosok Sandi," kata Suhud saat dihubungi Republika, Senin (22/10).

Suhud mengungkapkan bahwa koalisi telah bersepakat setelah Sandiaga mundur dari Partai Gerindra, maka Sandiaga dianggap menjadi milik bersama partai koalisi. Itulah alasan PKS lebih banyak melakukan kampanye dengan mantan wakil gubernur DKI Jakarta tersebut.

Ia pun membantah bahwa instruksi tersebut bukan berarti PKS tidak mendukung calon presiden Prabowo Subianto. Alasannya, dengan mengkampanyekan Sandiaga, secara tidak langsung juga mengkampanyekan Prabowo.

"Membangun asosiasi lebih ke Pak Sandi tanpa meninggalkan Pak Prabowo," ujarnya.

Suhud tidak secara tegas menjawab apakah cara tersebut bisa berpengaruh besar terhadap peroleh suara PKS di pemilihan legislatif (pileg) nanti. Ia menjawab bahwa terkait efek ekor jas masih bersifat coba-coba, sebab menurutnya  baru pertama kali pemilu dilakukan secara serentak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement