REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Sebanyak 16 ribu santri memenuhi Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Renon, Kota Denpasar, Senin (22/10) sore. Selepas menunaikan Shalat Ashar, belasan ribu santri itu mengikuti kirab untuk memperingati Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober setiap tahunnya.
Kirab Santri Kota Denpasar tahun ini mengusung tema "Spirit Santri Meneguhkan NKRI". Acara ini digelar oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Denpasar dan sejumlah organisasi umat Muslim lainnya.
Ada lebih dari 165 Taman Pendidikan Quran (TPQ), 28 Pentingnya Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT), 27 Raudhatul Athfal (RA), 160 Majelis Ta'lim, 14 Madrasah, dan tujuh Madrasah Tsanawiyah. Aneka kegiatan digelar, mulaid ari pentas budaya, hiburan nasyid, drum band, bazar, hingga penggalangan dana bagi korban gempa Sulawesi Tengah.
"Santri tidak sekadar mencari ilmu di pesantren, namun juga eksis di segala bidang, baik itu di pemerintahan, swasta, bisnis, dan sektor lainnya di masyarakat," kata Ketua Pengurus Wilayah NU Provinsi Bali, Abdul Azis, Senin (22/10).
Abdul Azis berharap santri masa kini terus berpacu dengan kemampuannya, serta tetap profesional, dan mandiri. Ia mencontohkan banyak tokoh nasional berlatar belakang santri menduduki berbagai posisi strategis di pemerintahan.
Ada Menteri Tenaga Kerja (Hanif Dhakiri), Menteri Pemuda dan Olah Raga (Imam Nahrawi), Menteri Agama (Lukman Hakim Saifuddin), dan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Mohamad Nasir). Ini berarti, sebut Abdul Azis santri telah menguasai segala aspek dan segala bidang yang menjadi kebanggan tersendiri.
Ketua Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Kota Denpasar, Misbahul Munir mengatakan peringatan Hari Santri di Kota Denpasar menjadi bagian dari penguatan karakter pendidikan, karakter keagamaan, dan karakter keindonesiaan. Santri ikut serta menjaga keutuhan NKRI dan NKRI tetap harga mati.
"Momentum ini sebagai bukti dari eksistensi umat Islam di Denpasar, menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bertanah air," katanya.
Keberagaman adalah hal penting yang harus dirawat. Bali menjadi salah satu contoh rumah toleransi dan pluralisme di Indonesia. Bali menjadi contoh yang baik untuk menepis dikotomi minoritas dan mayoritas.