Jumat 19 Oct 2018 03:15 WIB

Wagub Bali Repons Isu Pariwisata Bali Dijual Murah ke Cina

Cok Ace mengklarifikasi isu dengan mendatangi sejumlah toko di Benoa.

[ilustrasi] Sejumlah pengunjung menikmati lampion saat Nusa Dua Light Festival di Badung, Bali, Jumat (8/12).
Foto: Fikri Yusuf/Antara
[ilustrasi] Sejumlah pengunjung menikmati lampion saat Nusa Dua Light Festival di Badung, Bali, Jumat (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Wakil Gubernur (Wagub) Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) menanggapi isu mengenai pariwisata setempat yang dijual murah di Cina. Cok Ace mengklarifikasi isu dengan mendatangi sejumlah toko di kawasan Benoa, Denpasar.

"Ada pemberitaan wisata ke Bali dijual sangat murah di Cina dan harga tersebut di bawah rata-rata. Selain itu, beredar isu bahwa wisatawan Cina yang ke Bali dipaksa untuk belanja di sejumlah toko yang ditengarai milik investor Cina, yang diduga mempekerjakan tenaga kerja asing asal Cina tanpa izin," kata Cok Ace disela-sela mendatangi sejumlah toko, di kawasan Benoa, Denpasar, Kamis (18/10).

Didampingi Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali Dewa Gede Mahendra Putra, ia berpendapat praktik semacam itu tentu saja merugikan pariwisata Bali. Apalagi, sistem pembayarannya dicurigai memakai sistem perbankan dari Cina dan tidak ada sepeser pun yang didapat oleh Bali sehingga hal itu semakin merugikan bisnis pariwisata, karena Bali hanya mendapatkan sampahnya saja.

Untuk langkah selanjutnya, Cok Ace akan berkoordinasi dengan pihak Imigrasi untuk mengecek tentang status tenaga kerja asing di sejumlah toko tersebut. "Selain itu kami juga akan mendata setiap barang jualan mereka, karena kami ingin barang-barang yang dijual adalah produk khas Bali," ujarnya yang juga Ketua PHRI Bali itu.

Cok Ace menambahkan ke depannya, diharapkan pihak-pihak terkait lebih selektif mendatangkan wisatawan ke Bali. Pemberitaan seperti ini tentu saja telah merugikan citra pariwisata Bali, apalagi wisatawan asal Tiongkok mendominasi angka kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata.

Dalam kesempatan tersebut,  Cok Ace mendatangi beberapa toko yang menjual kasur, lateks, sutra dan juga perhiasan. Dengan menggandeng pelaku pariwisata seperti Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Bali dan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), Cok Ace menemukan sejumlah hal.

Di antaranya dalam toko-toko tersebut tidak ada yang menjual produk khas Bali, serta ditemukan beberapa pekerja asing. Ia pun berjanji akan mengambil langkah cepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement