Jumat 12 Oct 2018 14:31 WIB

Gubernur Tunggu Mendagri Terkait Plt Bupati Malang

Penunjukan dari Mendagri terhadap seorang Plt juga harus menunggu surat resmi KPK

Bupati Malang, Rendra Kresna memberikan keterangan pers seusai penggeledahan ruang kerja dan rumah dinasnya di Pendopo Kabupaten Malang, Senin malam (8/10).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Bupati Malang, Rendra Kresna memberikan keterangan pers seusai penggeledahan ruang kerja dan rumah dinasnya di Pendopo Kabupaten Malang, Senin malam (8/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA  -- Gubernur Jawa Timur Soekarwo menunggu perintah dari Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo terkait penunjukan pelaksana tugas (Plt) Bupati Malang menyusul ditetapkannya Rendra Kresna sebagai tersangka oleh KPK.

"Saya masih menunggu petunjuk dari Mendagri, baru kemudian menindaklanjutinya," ujar Pakde Karwo, sapaan akrabnya, ditemui usai menjadi inspektur upacara Hari Jadi Ke-73 Provinsi Jawa Timur di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Jumat (11/10).

Orang nomor satu di Pemprov Jatim itu menjelaskan, penunjukan dari Mendagri terhadap seorang Plt juga harus menunggu prosedur, termasuk surat resmi dari KPK terhadap status Bupati Malang Rendra Kresna sebagai tersangka. Gubernur menegaskan, nantinya setelah menerima surat perintah dan salinan surat keterangan terkait Plt maka akan disegerakan menunjuk Wakil Bupati Malang Sanusi.

Rendra Kresna dan Sanusi merupakan pasangan bupati dan wakil bupati Malang periode 2016-2021 yang terpilih saat Pilkada Serentak 2015. "Kalau sudah ada suratnya maka saya akan panggil wakilnya dan secara resmi memberlakukan Plt Bupati Malang," ucap Pakde Karwo.

Pada Kamis (11/10), KPK resmi menetapkan Bupati Malang Rendra Kresna sebagai tersangka dalam dua perkara, yakni dugaan tindak pidana korupsi menerima suap terkait penyediaan sarana penunjang peningkatan mutu pendidikan pada Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Malang dan gratifikasi.

Wakil Ketua KPK Saut Situmorang saat konferensi pers di Jakarta sangat menyesalkan masih terjadinya praktik korupsi yang dilakukan kepala daerah, terutama dalam kasus ini yang dilakukan untuk membayar utang atau pinjaman uang yang digunakan untuk kampanye di Pilkada.

Tersangka Rendra Kresna diduga menerima suap dari tersangka Ali Murtopo dari pihak swasta sekitar Rp3,45 miliar terkait penyediaan sarana penunjang peningkatan mutu pendidikan pada Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2011.

Sebagai pihak yang diduga menerima, Rendra Kresna disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang No 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Selain itu, dalam kasus dugaan penerimaan gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban atau tugas penyelenggara negara, KPK juga telah mendapatkan bukti permulaan yang cukup sehingga meningkatkan status penanganan perkara ke penyidikan dengan dua orang sebagai tersangka, yaitu Rendra Kresna dan Eryk Armando Talla dari pihak swasta.

Tersangka Rendra Kresna bersama-sama dengan Eryk diduga menerima gratifikasi yang dianggap suap karena berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya sebagai Bupati Malang setidak-tidaknya sampai saat ini sekitar total Rp3,55 miliar.

KPK menyangkakan Rendra dan Eryk melanggar Pasal 12B Undang Undang No 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang No 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Rendra Kresna diduga tidak pernah melaporkan penerimaan gratifikasi tersebut pada KPK sebagaimana diatur di Pasal 16 UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK dan Pasal 12 C Undang undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement