Kamis 11 Oct 2018 05:15 WIB

Badan Geologi Siapkan Rekomendasi Teknis Rekonstruksi Palu

Tiga minggu atau empat minggu lagi, peta rekomendasi itu siap.

Petugas kesehatan melakukan penyemprotan disinfektan di lokasi terdampak pergerakan atau pencairan tanah (likuifaksi) di Petobo Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (10/10).
Foto: Antara/Yusran Uccang
Petugas kesehatan melakukan penyemprotan disinfektan di lokasi terdampak pergerakan atau pencairan tanah (likuifaksi) di Petobo Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM)sedang menyiapkan rekomendasi teknis terkait kondisi geologi untuk rekonstruksi Palu, Donggala dan sebagian wilayah lain di Sulawesi Tengah (Sulteng) pasca gempa dan atau tsunami. "Barangkali tiga minggu atau empat minggu ini peta rekomendasi itu siap, tentu saja membutuhkan kajian yang akurat," kata Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Purbo, Jakarta, Rabu (10/10).

Ia menuturkan pihaknya mengirimkan 26 orang untuk meninjau lapangan dalam menyiapkan rekomendasi peta geologis tersebut termasuk potensi likuifaksi sehingga menjadi masukan dalam pembangunan pemukiman masyarakat. Termasuk Kementerian ESDM juga bekerja membangun 25 sumur bor sebagai sumber air bagi keperluan pengungsi.

"Terkait likuifaksi kita belajar dari gempa Padang tahun 2005, waktu itu Badan Geologi melihat penting melakukan pemetaan likuifaksi dan di Palu kita lakukan pada 2012," ujarnya.

Lebih lanjut dia mengatakan pihaknya telah melakukan pemetaan potensi likuifaksi di 12 daerah prioritas antara lain Padang, Mataram, Yogyakarta dan Palu. Namun, saat ini pihaknya akan melakukan pemetaan dalam skala yang lebih detail atau mikrozonasi sehingga bisa dilihat potensi likuifaksi di wilayah Palu dan sekitarnya. Potensi likuifaksi itu tidak menyebar mendatar, bisa saja ada beberapa titik di satu wilayah. "Seputaran itu akan kita cek mudah-mudahan kita dapat lokasi hunian yang tepat," tuturnya.

Dia juga mengatakan sebagaimana Indonesia rawan bencana seperti gempa karena kondisi geologisnya, maka masyarakat Indonesia harus dapat beradaptasi terhadap bencana itu, misalnya membangun rumah yang tahan gempa.

Lebih lanjut dia mengatakan likuifaksi tidak hanya terjadi jika ada terpaan air dari tsunami. Namun karena lapisan tanah yang berupa sedimen digoncang gempa maka butiran tanah, pasir atau kerikil menjadi terlepas dan bisa terjatuh ke dalam sumber air tanah sehingga terjadi adukan tanah akibat gempa itu

"Likuifaksi tidak selalu ada air karena digoncang terlalu keras sehingga butirannya lepas, sehingga kalau ada pasir di bawah itu masuk ke dalam ke sumur," tuturnya.

Dia mengatakan likuifaksi itu bergerak vertikal, sedikit ke kiri atau sedikit ke kanan. "Kita bedakan mana yang likuifaksi dan gerakan tanah," tuturnya. 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement