REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, akan dilakukan doa bersama sebelum evakuasi korban dihentikan. Akan tetapi, Sutopo mengaku belum mengetahui waktu detil evakuasi dihentikan pada Kamis (11/10) besok.
"Jadwal detilnya saya belum dapat tetapi akan dilakukan doa bersama di sana yaitu di Balaroa, Petobo, dan Jono Oge," ujar Sutopo di Graha BNPB, Jakarta Timur, Rabu (10/10).
Ia mengatakan, meski proses pencarian korban secara resmi dihentikan tetapi masih ada relawan yang akan melakukan evakuasi. Sebab, menurut dia, masyarakat masih ingin mencari anggota keluarganya yang belum ditemukan.
"Meskipun evakuasi sudah dihentikan secara resmi tetapi biasanya ada masyarakat yang masih mencari ada juga sebagian relawan yang mencari korban masih diperbolehkan," kata Sutopo.
Ia menambahkan, para personel dan peralatan akan dialihkan untuk pembersihan puing-puing reruntuhan bangunan pascagempa dan tsunami. Menurut dia, dalam proses pembersihan itu juga biasanya tim di lapangan bisa menemukan korban. Korban yang ditemukan tetap akan didata sebagai korban meninggal dunia.
"Dalam pembersihan puing-puing dan sebagainya biasanya menemukan korban,
tetap itu akan didata sebagai korban meninggal dunia," tutur Sutopo.
Ia menjelaskan, penghentian evakuasi korban berdasarkan pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Sutopo mengatakan, JK menyampaikan bahwa pencarian korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah akan dihentikan pada 11 Oktober 2018.
"//Statement// bapak Wakil Presiden sebagai pemimpin dalam penanganan darurat di Sulawesi Tengah yang ditunjuk langsung oleh Bapak Presiden menyampaikan evakuasi korban akan berakhir 11 Oktober 2018," tutur Sutopo.
Sementara itu, BNPB melaporkan korban terdampak gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah per Rabu (10/10) pukul 13.00 WIB. Korban meninggal dunia mencapai 2.045 orang. Korban luka berat mencapai 2.549 orang dan 8.130 orang mengalami luka ringan.
Pengungsi terdampak gempa, tsunami, dan likuifaksi sebanyak 82.775 orang. Terdiri dari 74.044 pengungsi yang berada di 112 titik di Sulawesi Tengah dan 8.731 orang di luar Sulteng.
Selain itu, rumah rusak akibat gempa dan tsunami mencapai 67.310 unit. Fasilitas tempat ibadah yang terdampak bencana sebanyak 99 unit dan fasilitas kesehatan 20 unit. BNPB juga mencatat jalan yang mengalami kerusakan sebanyak 12 titik di Sulteng.