REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) serta Badan Geologi dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membantah terjadinya erupsi yang terjadi di Gunung Salak, Jawa Barat (Jabar), Rabu (10/10). Gunung Salak saat ini berada pada status normal.
Dalam keterangan tertulis, PVMBG, Kementerian ESDM dan Badan Geologi menyampaikan berdasarkan informasi satelit bahwa pengamatan visual pada sore hari hingga saat ini Gunung Salak umumnya tertutup kabut dan cuaca hujan. Tercatat pemantauan kegempaan selama bulan Oktober 2018 ini merekam 23 kali gempa hembusan dengan amplitudo 2 hingga 9 mm dan lama gempa 15 hingga 70 detik.
11 kali gempa Vulkanik Dangkal dengan amplitudo 2 hingga 10 mm dan lama gempa 8 hingga 23 detik. Kemudian, 4 kali gempa Tektonik Lokal dengan amplitudo 2 hingga 21 mm, S-P 5 - 9 detik dan lama gempa 17 - 78 detik. Rekaman gempa pada tanggal 10 Oktober 2018 hingga pukul 20:00 WIB tidak teramati peningkatan kegempaan di Gunung Salak.
"Hasil observasi lapangan yang dilakukan secara langsung oleh pengamat Gunung Salak hingga pukul 20:00 WIB tidak teramati adanya jatuhan/hujan abu vulkanik dan tidak terdengar suara dentuman baik di wilayah puncak Gunung Salak maupun di sekitar lerengnya seperti di wilayah Taman Nasional Cidahu," kata PVMBG seperti dalam keterangan tertulis, Rabu (10/10).
Berdasarkan data-data di atas, kata PVMBG, dapat disimpulkan bahwa hingga saat ini Gunung Salak tidak mengalami erupsi. "Gunung Salak saat ini masih berada pada tingkat aktivitas Level I (Normal)," ujar lembaga itu.
Pihaknya mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya.