REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pendidikan Khsusus dan Layanan Khusus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Poppy Dewi Puspitawati melaporkan, sekitar 186 ribu peserta didik terganggu layanan pendidikan pascagempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Ia mengatakan, para peserta didik tersebar di 1.724 satuan pendidikan.
"Dari jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, hingga SMK yang terganggu layanan pendidikannya di Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi," ujar Poppy di Graha BNPB, Jakarta Timur, Rabu (10/10).
Sementara, Kemendikbud baru mencatat sebanyak 59 siswa yang terdampak bencana dari semua jenjang pendidikan termasuk Sekolah Luar Biasa (SLB). Poppy merinci, sebanyak 23 orang meninggal dunia, 35 orang hilang, dan satu orang mengalami luka berat per 8 Oktober 2018. Selain itu, Kemendikbud mencatat ada 22 orang guru meninggal dunia dan 14 orang hilang.
"Kemungkinan banyak siswa yang terseret tsunami saat mengikuti gladi resik festival Palu Nomoni dan ada Bibie Camp yang terhisap lumpur di Jono Oge, Kabupaten Sigi," ungkap dia.
Poppy menambahkan, para siswa, guru, dan pegawai dinas pendidikan masih mengungsi di gunung dan keluar Sulteng. Akab tetapi, ia mengaku pendataan tersebut belum optimal karena terkendala komunikasi terutama di Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong.