REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persaudaraan Alumni aksi 212 (PA 212) berkomitmen untuk tidak menggunakan hoaks dalam kontestasi Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2019. PA 212 akan berupaya semaksimal mungkin tidak menggunakan kebohongan dalam kampanye.
Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif menegaskan PA 212 memang paling keras menyuarakan gerakan #2019GantiPresiden. Namun, PA 212 tidak sepakat menggunakan cara-cara negatif dalam kampanye seperti menyebarkan hoaks.
Ia meyakini masyarakat saat ini dapat membedakan hal yang jujur dan ditutup-tutupi. "Kami yakin kalau jujur, insya Allah akan diberi kebaikan. Jadi, kami enggak ingin ikut-ikutan membuat kebohongan tersistematis untuk sebuah pencitraan," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (9/10).
Slamet mengaku terkejut dengan kebohongan yang dilakukan Ratna Sarumpaet. Sebab, selama ini Ratna merupakan sosok yang berdiri di barisannya dan salah satu yang paking lantang menyuarakan ganti presiden.
Ia mengatakan, rekam jejak Ratna bisa dilihat sejak sejak aksi bela Islam. Setelah itu, Ranta aktif di beberapa kegiatan gerakan #2019GantiPresiden.
“Satu visi, ide, dan pemikiran bahwa 2019 harus ganti presiden, kan gitu. Kami enggak menyangka sama sekali, kita juga kaget," kata dia.
Kendati demikian, Slamet tak mau berburuk sangka pada Ratna terkait latar belakang aktivis perempuan itu melakukan kebohongan. Lagi pula, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Koalisi Indonesia Adil dan Makmur (KIAM) juga telah mengeluarkan Ratna dari struktur tim.
"Sudah selesai, kita sudah gak memikirkan Ratna lagi. Sekarang kita berpikir ke depan untuk memenangkan Prabowo-Sandiaga," kata dia.