REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Korban gempa dan tsunami di Kota Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng) kesulitan memperoleh susu balita, baik di pengungsian maupun di tenda-tenda darurat di depan rumah mereka.
"Sudah dua hari keliling mencari susu buat anak saya sembilan bulan tetapi tidak dapat. Tolong kami dibantu di mana bisa dapat susu," kata Ibu Eka, seorang korban gempa di Palu, Selasa (9/10).
Eka yang tinggal di Jalan Cempedak, Palu Barat ini mengaku sudah berkeliling di posko penyalur bantuan korban gempa dan tsunami untuk mendapatkan susu balita, tetapi tidak juga menemukan barangnya. "Kebanyakan bahan makanan yang disiapkan, tetapi untuk susu anak balita tidak ada," katanya.
Eka ditemani seorang ibu lainnya datang ke Kantor Biro Antara Sulteng untuk mendapatkan informasi terkait posko penyalur bantuan yang menyediakan susu balita. Menurut Eka, sudah ada sebagian toko yang buka. Hanya saja ia belum ada uang untuk membeli susu karena sejak gempa dan tsunami mengguncang Kota Palu dan sekitarnya dia dan suaminya tidak bekerja sehingga tidak ada pemasukan untuk biaya hidup.
Sebelum bencana alam itu melanda, suaminya sehari-hari menjual makanan dengan menggunakan gerobak dorong. Saat ini belum bekerja karena masih dihantui gempa susulan yang kerap mengguncang Kota Palu dan sekitarnya.
Eka mengaku selama ini tidak mengungsi di titik kumpul pengungsian. Ia memilih bertahan di rumahnya dengan membuka tenda di depan rumahnya.
Gubernur Sulteng, Longki Djanggola mengatakan pemerintah memprioritaskan pengungsi yang meninggalkan rumahnya, baik karena tidak layak huni lagi maupun karena trauma gempa. "Ada juga sebagian orang mengaku mengungsi, padahal hanya buka tenda di depan rumahnya. Tetapi dia ada motor bahkan mobilnya sampai tiga," katanya.
Gubernur mengatakan pemerintah mengutamakan pengungsi yang benar-benar sangat membutuhkan bantuan di lokasi pengungsian. Hari ke-11 pascagempa beberapa titik pengungsian yang sebelumnya padat kini sudah kosong diantaranya di kompleks rumah susun mahasiswa Unisa di Pue Bongo, Tatanga. Hamparan luas milik salah seorang pengusaha keturunan Arab di Palu ini sebelumnya dipadati dengan tenda pengungsi, namun sejak dua hari terakhir sudah kosong.