Ahad 07 Oct 2018 14:57 WIB

Akhir Romantisme Jembatan Kuning di Palu

Jembatan itu adalah jembatan lengkung pertama di Indonesia dan ketiga di dunia.

Sejumlah warga melihat kondisi Jembatan Ponulele yang rusak di kawasan Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah warga melihat kondisi Jembatan Ponulele yang rusak di kawasan Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Jumat (28/9) sore itu, panitia festival kebudayaan dan seni bertajuk Festival Palu Nomoni III sedang mempersiapkan pembukaan acara memperingati Hari Ulang Tahun ke-40 Kota Palu. Jumat malam pukul 19.30 Wita, Festival Palu Nomoni III dijadwalkan dibuka secara resmi oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya dan dihadiri ribuan undangan untuk pejabat, tokoh, dan masyarakat umum.

Perhelatan tahunan pariwisata Kota Palu itu sekaligus dirangkai dengan Hari Habitat Dunia. Kota Palu juga dipilih sebagai tuan rumah peringatan itu. Tetamu dari kabupaten/kota se-Sulawesi Tengah, provinsi lain, pejabat kementerian, dan dari luar negeri dijadwalkan hadir.

Seperti dua kali Festival Palu Nomoni sebelumnya, festival kali ini kembali dipusatkan bibir pantai di Teluk Palu. Pemandangan di teluk itu kala sore indah, dikelilingi panorama bukit, pegunungan, sungai serta jembatan lengkung yang menghubungkan Kecamatan Palu Barat dan Palu Timur.

Tak ada nama resmi jembatan yang diresmikan pada 2006. Bagi sebagian orang, menyebut jalan layang (fly over) itu sebagai Jembatan IV, ada pula yang mengenalnya sebagai Jembatan Kuning. Panitia dikerahkan pemerintah kota untuk menyukseskan festival yang diharapkan menyedot perhatian wisatawan nusantara dan asing.

"Sore itu seluruh perwakilan kelurahan sedang memfinalkan penataan kawasan soki-soki. Saya ikut mengawasi persiapannya," kata Asisten II Sekretariat Kota Palu Imran Lataha.

Soki-soki adalah kawasan yang di dalamnya dibangun miniatur kampung Kaili yang menghadirkan nuansa rumah dan menu makanan tradisional Kaili tempo dulu. Kawasan ini terletak di kaki Jembatan Palu IV bagian timur. Di tempat ini para perwakilan 46 kelurahan sedang ramai membenahi tempat yang menjadi tanggungjawabnya masing-masing.

Namun sayang, sebelum semuanya digunakan, gempa dan tsunami pun menyapu bersih tempat itu. "Begitu gempa, saya lihat semua orang sudah kocar-kacir. Saya langsung naik ke jembatan mengamankan diri karena saya kuatir akan ada tsunami," kata Imran.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement