Jumat 05 Oct 2018 05:10 WIB

Survei LSI: PDIP dan Jokowi Paling Perjuangkan Pancasila

Berdasarkan hasil survei Jokowi dinilai yang paling memperjuangkan Pancasila.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Bayu Hermawan
Survei Capres Berdasar Pancasila. Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar (kanan) bersama Ikrama M memberikan paparan hasil survei LSI di Jakarta, Kamis (4/10).
Foto: Republika/ Wihdan
Survei Capres Berdasar Pancasila. Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar (kanan) bersama Ikrama M memberikan paparan hasil survei LSI di Jakarta, Kamis (4/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dianggap partai yang paling konsisten memperjuangkan Pancasila, berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA. Berdasarkan hasil survei itu, calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) dinilai sebagai capres paling memperjuangkan Pancasila.

LSI menyurvei sejumlah partai yang dianggap paling mendukung Pancasila. Diantaranya ialah PDIP (36,8 persen), Golkar (18,7), Gerindra (11,8), Demokrat (8,6), PKB (6,5). "Publik menilai PDIP paling konsisten memperjuangkan Pancasila," kata Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar dalam konferensi pers bertema Pilpres dan Kerinduan Lahirnya Indonesia yang Kuat pada Kamis, (4/10).

Sedangkan publik juga ditanyakan soal Capres mana yang paling konsisten memperjuangkan dan mempertahankan Pancasila. Capres Jokowi pun mengungguli Capres Prabowo Subianto. "65,8 persen publik menilai Jokowi perjuangkan Pancasila. Prabowo di angka 28,7 persen," ujarnya.

Sementara itu, ia mengakui isu komunis sempat menyandera PDIP dan Jokowi. Namun isu tersebut dianggap tak mempunyai dasar fakta yang kuat. Sehingga perlahan tapi pasti PDIP mampu keluar dari isu itu. "PDIP bisa pulih lama-lama karena tidak ada fakta ungkap korelasi Jokowi dan PKI. Sudah basi. Publik tidak masalah walau ada anak PKI disana (PDIP). Isu itu tidak berpengaruh terhadap Jokowi dan PDIP," jelasnya.

Rully menilai masyarakat saat ini sudah tak memandang isu seperti itu. Bahkan menurutnya isu tersebut malah hilang dengan sendirinya ketika Jokowi mampu menuntaskan tugasnya. "Masyarakat tidak lihat isu primordial, tapi janji yang sudah ditepati. Ketika Jokowi diserang dan enggak ada faktanya ya ditepis dengan keberhasilan," tuturnya.

Diketahui, survei dilakukan pada 14-22 September 2018 melalui wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Survei memakai metode multistage random sampling dengan total 1.200 responden di 34 Provinsi. Survei dilengkapi pula oleh analisis media, FGD dan wawancara mendalam. Margin of errornya sebesar +/- 2,9 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement