Kamis 04 Oct 2018 01:15 WIB

Basarnas Fokus Cari Korban di Daerah Terdampak Likuifaksi

1.407 orang dilaporkan sudah menjadi korban meninggal dunia.

Rep: Deddy Darmawan/ Red: Muhammad Hafil
Tim Basarnas dibantu warga mengangkat jenazah saat evakuasi pascagempa di Kompleks Perumahan Nasional Kelurahan Bala Roa, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (2/10).
Foto: Antara/Darwin Fatir
Tim Basarnas dibantu warga mengangkat jenazah saat evakuasi pascagempa di Kompleks Perumahan Nasional Kelurahan Bala Roa, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (2/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) mulai memfokuskan tim untuk melakukan evakuasi korban di wilayah kecamatan Balaroa dan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah. Dua kecamatan tersebut merupakan daerah yang terkena likuifaksi sesaat pasca gempa magnitudo 7,4 mengguncang Palu dan Donggala. Likuifaksi adalah pencairan tanah sehingga menyebabkan rumah-rumah seolah ditelan bumi.

Pemilihan fokus di kedua daerah tersebut juga berdasarkan dari banyaknya laporan masyarakat kepada tim evakuasi. “Kami terus melakukan evakuasi kami fokuskan pencarian di Balaroa dan Petobo. Tadi sudah ada laporan dua orang korban meninggal ditemukan,” kata Kepala Bagian Humas Basarnas Sinaga saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (3/10).

Sinaga menjelaskan, evakuasi di wilayah terdampak likuifaksi sudah lebih mudah. Sebab, alat-alat berat seperti escavator yang digunakan untuk menggali lumpur kering mulai berdatangan. Evakuasi akan sebisa mungkin terus dilakukan hingga seluruh korban ditemukan.

Namun, lanjut Sinaga, apabila masih ada korban belum ditemukan tetapi Basarnas tak juga mendapatkannya, ada kemungkinan wilayah likuifaksi akan dijadikan kuburan massal. “Ini mungkin, ya. Sampai saat ini tim masih berusaha. Nanti akan diputuskan,” katanya.

Selain Balaroa dan Petobo, Basarnas juga sembari melakukan penyisiran di reruntuhan bangunan Hotel Mercure, Palu, kawasan jalan I Gusti Ngurah Rai, hingga ke Sungai Bongka. Berdasarkan laporan, di tiga wilayah tersebut masih terdapat korban.

Menurut dia, meski alat berat mulai berdatangan, sejumlah kendala masih dihadapi. Terutama persoalan listrik, air, dan sinyal operator seluler. Namun, Sinaga menegaskan evakuasi korban dilakukan non-stop dan terus mengikuti laporkan warga setempat yang belum menemukan anggota keluarganya.

Hingga Rabu (3/10), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) setidaknya sebanyak 1.407 orang korban meninggal dunia. Korban meninggal akibat reruntuhan bangunan dan tsunami. Sementara jumlah korban dengan luka berat mencapai 2.549 orang. Selain korban meninggal dan luka-luka, BNPB mencatat sedikitnya masih ada 113 orang yang dinyatakan hilang serta sekitar 152 orang tertimbun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement