Selasa 02 Oct 2018 19:27 WIB

BNPB: Masyarakat Palu Panik dan Stres Butuh Trauma Healing

Bantuan ke Palu sulit didistribusikan mengingat banyak jalan rusak.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Nur Aini
Warga membawa sejumlah barang dari gudang Alfa Midi di Mamboro, Palu Utara, Sulawesi Tengah, Senin (1/10).
Foto: Antara/Muhammad Adimadja
Warga membawa sejumlah barang dari gudang Alfa Midi di Mamboro, Palu Utara, Sulawesi Tengah, Senin (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai kondisi masyarakat terdampak gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng) saat ini dalam keadaan panik. Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kondisi itu menyebabkan masyarakat stres dan dapat melakukan hal tak teduga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ia menyebut, periode panik sebagai hal yang wajar dalam beberapa hari pertama pascabencana. Pasalnya, masyarakat masih mengalami trauma. Apalagi, gempa susulan masih terus berlangsung.

"Kebutuhan sehari-hari terbatas menyebabkan masyarakat stres dan menderita. Perlu trauma healing, agar tetap optimis," kata dia saat konferensi pers di Graha BNPB, Selasa (2/10).

Menurut dia, kebutuhan bantuan logistik lambat laun pasti akan terpenuhi. Ia berdalih, bantuan sulit didistribusikan dengan maksimal mengingat banyak jalan rusak. Akibatnya, banyak logistik tidak bisa disalurkan.

Ia mengakui, berdasarkan laporan, pada tiga hari pertama distribusi logistik masih terpusat di Kota Palu. Namun, menurut dia hingga saat ini jalur distribusi logistik mulai terbuka ke wilayah-wilayah lain sekitar Kota Palu.

Gempa dan tsunami di Sulteng sendiri berdampak pada sembilan kabupaten/kota. Empat wilayah terparah di antaranya Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Parigi Mountong. Berdasarkan data BNPB hingga Selasa (2/10) pukul 13.00 WIB, jumlah korban meninggal mencapai 1.234 jiwa, 799 luka berat, 99 hilang, 152 tertimbun. Gempa dan tsunami juga menyebabkan 61.867 orang mengungsi dan 65.733 rumah rusak.

Sutopo memperkirakan jumlah korban dan kerusakan akan terus bertambah. Bahkan, jika dibandingkan gempa yang melanda Sumatra Barat (Sumbar) pada 2009, korban jiwa terdampak gempa dan tsunami di Sulteng jauh lebih banyak. Gempa yang terjadi di Sumbar mengakibatkan sekitar 1.117 tewas, 1.214 luka berat, 1.688 luka ringan, dan satu hilang.

Baca: BNPB: Kondisi Korban di Petobo dan Balaroa Belum Diketahui

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement