REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut alat untuk mengamati tsunami (buoy) rusak sejak 2012 akibat aksi vandalisme. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun menyampaikan perlunya kesadaran bersama masyarakat untuk menjaga alat deteksi tsunami tersebut.
Sebab, kata dia, alat deteksi tsunami tersebut sangat penting. Alat itu menjadi salah satu bagian dalam sistem peringatan dini terjadinya tsunami.
"Inilah perlunya yang namanya pengamanan alat-alat yang sangat berguna untuk mendeteksi baik gempa baik tsunami sehingga kita juga memerlukan kesadaran bersama masyarakat, kita semua agar alat-alat seperti itu tidak dirusak atau tidak diambil karena alat ini sangat berguna sekali," ujar Jokowi di halaman tengah Istana Negara, Jakarta, Selasa (2/10).
Presiden pun memerintahkan agar alat deteksi dini terjadinya tsunami tersebut diperbaiki. Selain itu, juga diperlukan pengawasan terhadap alat tersebut.
"Saya perintahkan agar alat ini diperbaiki kemudian diawasi dan dijaga karena itu alat yang sangat penting dalam mendeteksi kejadian yang akan sangat terjadi," tambah dia.
Sebelumnya, Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan BMKG memiliki permodelan untuk mendeteksi tsunami sehingga dapat langsung memperkirakan kapan akan terjadi tsunami.
"Tetapi buoy rusak dan tidak beroperasi sejak 2012. Kalau menurut kajian BPPT, buoy rusak karena vandalisme, misalnya lampunya yang kedap-kedip diambil," jelas Sutopo, Senin (1/10).
Sutopo juga menyebut saat ini, buoy tsunami di Indonesia tak ada lagi yang beroperasi. Alat ini dinilai sangat diperlukan untuk memastikan adanya tsunami atau tidak. Namun, ia menilai belum tersedianya alat ini lantaran terkait dengan masalah pendanaan.
Sebab, jumlah pendanaan untuk mitigasi bencana dinilainya terus menurun setiap tahunnya. Hal inipun dinilai menjadi salah satu kendala dalam melakukan mitigasi dan penanggulangan bencana.