Selasa 02 Oct 2018 09:13 WIB

Begini Kondisi Sekolah Pascagempa Lombok

Sekolah mengalami kerusakan akibat gempa Lombok.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah siswa belajar di tenda sekolah darurat di SDN 1 Guntur Macan Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Jumat (28/9).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Sejumlah siswa belajar di tenda sekolah darurat di SDN 1 Guntur Macan Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Jumat (28/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melakukan pengawasan ke sekolah-sekolah darurat yang dibangun pemerintah dan masyarakat pascabencana gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pengawasan dilakukan oleh Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Retno Listyarti, pekan lalu.

Lokasi sekolah darurat yang dikunjungi KPAI adalah SMPN 12 Kota Mataram, SMAN 1 Gunungsari (Lombok Barat) dan SMAN 1 Pemenang, Lombok Utara. Dalam pengawasan ini, KPAI didampingi rekan-rekan guru dari Serikat Guru Indonesia (SGI) Mataram dan SGI Bima, yang merupakan anggota dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI).

Retno menerangkan, untuk SMPN 12 Kota Mataram, sekolah tersebut mengalami kerusakan berat (zona merah) pada empat ruang kelas. Satu kelas ditampung di ruang keterampilan dan tiga kelas belajar di tenda darurat yang didirikan di halaman sekolah dengan menggunakan tenda terpal.

Tenda berwarna biru tersebut tidak besar sehingga anak-anak terpaksa belajar dengan menggunakan karpet plastik yang beralaskan tanah. Meski ada jendela kecil di beberapa bagian tenda, namun kelas tersebut kurang nyaman untuk proses pembelajaran.

"Karena kelas darurat tersebut sudah mulai terasa panas pada pukul 9 pagi, semakin siang semakin panas. Bantuan tenda terpal untuk kelas darurat di sekolah ini merupakan sumbangan dari HDCI (Harley Davidson Club Indonesia)," kata dia dalam keterangan pers yang diterima, Selasa (2/10).

Sementara, Retno melanjutkan, untuk SMAN 1 Gunungsari, Lombok Barat, mengalami kerusakan sekitar 12 ruang kelas. Banyak ruangan yang mengalami keretakan termasuk ruang guru, perpustakaan dan ruang laboratorium. Bahkan toilet sekolah mengalami kerusakan berat dan tidak bisa dipergunakan lagi.

"Tenda yang hanya ditopang dengan bambu-bambu besar itu tidak mampu menahan air hujan yang deras, sehingga tenda berpotensi rubuh dan anak-anak yang berada di dalamnya akan basah kutub terkena air hujan," kata dia.

Retno menambahkan, saat ini di SMAN 1 Gunungsari sudah mulai dibangun kelas-kelas semi permanen pengganti kelas tenda, kelas ini lantainya di cor. Ada 12 ruang kelas semi permanen yang berdiri di halaman sekolah, enam kelas sudah siap pakai dan 6 kelas masih dalam penyelesaian.

Sedangkan untuk SMAN 1 Pemenang, Lombok Utara, tutur Retno, mengalami kerusakan berat hampir di seluruh ruangan. Hanya ruangan lobby, ruang Tata Usaha, ruang Guru dan Ruang Kepala Sekolah yang berada paling depan yang masih dapat dipergunakan. Namun semua ruangan ini pun mengalami keretakan di dinding bangunan.

Saat ini, berdasarkan pengawasan KPAI, di SMAN 1 Pemenang sudah berdiri ruang-ruang kelas darurat yang semi permanen yang akan dipergunakan para siswa dalam proses pembelajaran selama menunggu sekolahnya direhab total. Jumlah kelas semi permanen di sekolah darurat SMAN 1 Pemenang berjumlah 6 ruang kelas.

"Itu sudah dipergunakan untuk proses pembelajaran dan 6 ruang kelas lagi masih tahap pengerjaan, tinggal finishing. Selain kelas darurat, juga dibangun enam ruang toilet darurat, tiga di antaranya sudah siap dipergunakan," kata Retno.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement