Ahad 30 Sep 2018 13:02 WIB

Wiranto Bentuk Tim Satgas Tanggap Darurat di Palu

Sudah ada tempat tertentu yang disiapkan sebagai lokasi penampungan.

Rep: ronggo astungkoro/ Red: Muhammad Hafil
Suasana jembatan kuning pada Sabtu (29/9). Jembatan ini ambruk akibat gempa 7,4 SR dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9).
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Suasana jembatan kuning pada Sabtu (29/9). Jembatan ini ambruk akibat gempa 7,4 SR dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto, melaksanakan rapat tanggap darurat setibanya di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (29/9) malam. Bersama para pihak terkait penanganan bencana, rapat itu membahas pembentukan Tim Satgas Tanggap Darurat di daerah.

"Saya datang ke mari membawa rencana-rencana bantuan dari pusat dan tadi kita bersama-sama Pak Gubernur, Kepala BNPB, membentuk Satuan Tugas di daerah yang nanti bisa menampung semua bantuan. Kita melakukan kerja sama dengan Satgas di daerah itu, dan itu sudah berjalan," ujar Wiranto, Ahad (30/9).

Terkait dengan evakuasi masyarakat, Wiranto mengatakan, hal tersebut sedang dilaksanakan. Ia menerangkan, sudah ada tempat-tempat tertentu yang disiapkan sebagai lokasi penampungan masyarakat yang tidak lagi tinggal di rumahnya karena akibat bencana gempa.

"Kemudian juga konsolidasi rumah sakit sehingga yang luka-luka dan sebagainya dapat ditangani. Tadi memang kurang rumah sakitnya," jelas dia.

Untuk menangani kekurangan rumah sakit itu, lanjut dia, Panglima TNI dengan Wakapolri akan menyiapkan setting kesehatan lapangan, rumah sakit lapangan, yang akan digelar setelah Hercules berangsur-angsur bisa membawa mereka ke Palu.

photo
Dampak gempa-tsunami Palu dan Donggala.

Mengenai jenazah para korban, Menko Polhukam sudah meminta untuk segera dikuburkan setelah dapat diidentifikasi. Hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan penyakit di kemudian hari karena melihat korban dari kejadian ini cukup banyak.

"Korban tercatat sekarang (Sabtu malam) lebih dari 400 dan korban itu kebanyakan justru korban tsunami. Karena pada saat tsunami terjadi sedang ada satu gladibersih untuk memperingati ulang tahun Kota Palu," kata dia.

Selain itu, ia juga menyatakan, yang menjadi prioritas utama dalam tanggap darurat ini yaitu pemulihan aliran listrik. Mengingat, dari tujuh gardu induk yang ada, hanya dua gardu yang bisa difungsikan. Padahal, menurut Wiranto, aliran listrik sangat dibutuhkan untuk komunikasi melalui seluler, aktivitas di rumah sakit, pengisian bahan bakan, dan sebagainya.

"Saya mendesak PLN utuk segera memulihkan karena jika itu sudah pulih maka aktivitas bisa kembali lancar," kata Wiranto.

Hal lain yang juga ia perhatikan adalah mengenai pemulihan udara. Wiranto mengatakan, pihaknya sudah meminta Dinas Perhubungan Udara untuk segera memperbaiki itu. Paling tidak, bisa memulihkan transportasi udara yang sekarang lumpuh. Dengan demikian, kata dia, tentu akan bisa mempermudah angkutan-angkutan transportasi yang bisa memindahkan barang dan manusia dengan mudah ke kota Palu.

"Terpenting runway nya harus aman untuk persyaratan pendaratan pesawat jenis Boeing 737 seri 800, 900. Kalau seri 400 tadi sudah saya pakai tapi tentunya perlu persyaratan lain untuk segera dinyatakan layak dibuka, terutama untuk menara pengawas. Tadi dilihat roboh puncaknya dan juga rusak peralatannya dan itu akan di back up oleh tim dari Makassar," tutur Wiranto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement