Sabtu 29 Sep 2018 19:14 WIB

BNPB Akui Kemampuan Mitigasi Bencana Palu-Donggala Minim

Sosialisasi mitigasi bencana telah dilakukan setiap tahun di Palu-Donggala.

Red: Nur Aini
Suasana pemukiman yang rusak akibat gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah , Sabtu (29/9).
Foto: Antara/BNPB
Suasana pemukiman yang rusak akibat gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah , Sabtu (29/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai kemampuan mitigasi di Kota Palu dan Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, masih sangat minim. Padahal, gempa bumi dan tsunami sudah beberapa kali terjadi di dua wilayah tersebut.

"Sering terjadi gempa bumi dan beberapa kali diikuti tsunami yang menimbulkan korban, lalu wilayah ini menjadi kawasan perkotaan dengan pemukiman padat, namun dengan kemampuan mitigasinya yang masih sangat minim," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, di Kantor BNPB Jakarta, Sabtu (29/9).

Sutopo mengatakan, setiap tahun BNPB bersama dengan BPBD melakukan sosialisasi di dua wilayah tersebut. Hal itu mengingat wilayah tersebut memiliki potensi gempa bumi dan tsunami yang tinggi karena dilalui patahan sesar Palu-Koro.

"Sosialisasi ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas ketangguhan masyarakat dan Pemerintah Daerah, karena kita tidak bisa menghindari fenomena gempa bumi dan tsunami, tapi kita perlu mengenali bahayanya serta risiko atau dampak yang bisa kita kurangi," kata Sutopo.

photo
Sejumlah kerusakan akibat gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah , Sabtu (29/9).

Adapun sosialisasi yang dilakukan oleh BNPB bersama dengan BPBD antara lain adalah edukasi mengenai tindakan yang harus dilakukan bila terjadi gempa bumi, serta sosialisasi pemasangan rambu evakuasi. Sutopo mengatakan, kemampuan mitigasi untuk wilayah itu menjadi sangat penting karena Kota Palu dan Donggala dilalui oleh patahan sesar Palu-Koro yang merupakan patahan dengan pergerakan terbesar kedua setelah Patahan Yapen di Kepulauan Yapen, Papua Barat.

Setiap tahun patahan sesar Palu-Koro bergeser atau bergerak 35 milimeter sampai dengan 45 milimeter. Sementara patahan Yapen pergerakannya mencapai 46 milimeter per tahun.

"Patahan ini pernah menyebabkan gempa dengan magnitude 7,9 skala richter," kata Sutopo.

Gempa berkekuatan 7,4 SR mengguncang wilayah Palu dan Donggala pada Jumat (28/9). Gempa tersebut diikuti tsunami yang menyebabkan ratusan korban meninggal dunia. Data korban sementara di Kota Palu, korban meninggal dunia mencapai 384 orang dan korban luka lebih dari 500 orang.

Baca: Palu dan Donggala Masuk Zona Merah Rawan Gempa

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement