Jumat 28 Sep 2018 08:23 WIB

Naiknya Suku Bunga Acuan dan Dampaknya ke Ekonomi

Kenaikan suku bunga acuan BI ini berdampak pada sektor ekonomi lainnya.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor pusat BI, Jakarta, Kamis (27/9).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor pusat BI, Jakarta, Kamis (27/9).

REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Ahmad Fikri Noor, Iit Septyaningsih

Bank Indonesia (BI) diprediksi akan terus menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7-DRR). Kenaikan suku bunga dinilai perlu dilakukan BI lantaran normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) masih akan berlangsung hingga tahun depan.

Bank sentral AS, The Federal Reserve (the Fed), menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi dua sampai 2,25 persen pada Rabu (26/9) waktu setempat. Kenaikan suku bunga the Fed yang sudah terprediksi sebelumnya direspons Bank Indonesia (BI) dengan mengerek BI 7-DRR sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen dalam rapat dewan gubernur (RDG), Kamis (27/9).

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah memperkirakan, BI akan terus mengikuti kenaikan tingkat bunga the Fed hingga tahun depan. Menurut dia, tidak ada jalan lain bagi BI di mana BI harus menjaga interest rate antara suku bunga dalam negeri dan luar negeri. 

Piter menegaskan, arus modal keluar dari Indonesia menjadi penyebab pelemahan rupiah. Dengan begitu, BI harus terus menjaga jarak suku bunga acuan di Indonesia dengan AS.

Dia mengatakan, the Fed akan menaikkan suku bunga sampai level 3,25 persen. Artinya, hingga tahun depan, akan terjadi kenaikan sampai empat kali lagi. 

"Sekarang, suku bunga kita di 5,75 persen, berarti bisa naik lagi sampai 6,75 persen," katanya. 

Menurut Piter, penyesuaian suku bunga adalah kebijakan yang harus diambil BI. Akan tetapi, selain itu, BI juga harus terus melakukan intervensi untuk menjaga suplai valuta asing di pasar. 

Pemerintah juga harus terus berupaya menahan laju impor dan mendorong ekspor untuk memperbaiki tingkat defisit neraca transaksi berjalan. 

Salah satu imbas dari kenaikan suku bunga acuan bank sentral adalah kenaikan suku bunga kredit. Piter menyebut, hal itu alamiah terjadi. 

Meski begitu, dia menilai, BI memiliki cukup ruang untuk menyesuaikan suku bunga sampai 100 bps hingga tahun depan. "Suku bunga saat ini 5,75 persen. Dalam sejarah suku bunga BI, itu masih rendah. Kita pernah mengalami masa-masa suku bunga di atas tujuh persen," kata Piter.

Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi menilai, kenaikan suku bunga BI sudah diprediksi. Menurutnya, kenaikan suku bunga sebanyak 25 bps pun tidak akan berdampak signifikan pada tingkat pertumbuhan kredit dan inflasi. 

"Karena kedua data itu masih cukup kuat pada tren sekarang. Kredit kembali naik di atas 10 persen dan inflasi terjaga di bawah 3,5 persen," kata Lanjar, Kamis (27/8).

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement