REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden Joko Widodo (Jokowi) masih menjadi favorit pilihan masyarakat berdasarkan hasil suvei yang dilakukan lembaga riset Indikator. Data survei Indikator menempatkan dukungan untuk Jokowi lebih tinggi dibandingkan Prabowo Subianto.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi membacakan paparan temuan hasil survei yang dilakukan pada 1-6 September lalu di Jakarta, Rabu (26/9). Dalam paparan temuan survei, Indikator mencatat dalam jawaban spontan, dukungan untuk Jokowi mencapai 46 persen suara, sedangkan Prabowo 22 persen suara.
Dalam jawaban spontan tersebut, responden juga menyebutkan nama-nama lain yang tidak mendaftar sebagai calon presiden. Mereka yakni, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendapatkan suara 0,5 persen, Ustaz Abdul Somad (0,3) persen, dan Gatot Nurmayanto (0,2 persen.
“Sementara responden yang memilih jawaban tidak tahu atau tidak menjawab atau rahasia sebesar 30,4 persen,” tulis Indikator.
Indikator juga menemukan Jokowi tetap unggul ketika dilakukan head to head dengan Prabowo. Dalam simulasi dua pasangan calon, Jokowi memperoleh 57 persen sedangkan Prabowo 31 persen.
Begitupula ketika Indikator melakukan simulasi sesuai dengan kandidat presiden yang mendaftar ke KPU, yakni Jokowi-Ma’ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno. Hasil riset menunjukkan Jokowi-Ma’ruf mengantongi dukungan hingga 57,7 persen berbanding 32,3 persen untuk Prabowo Subianto.
Hasil survei Indikator menyebutkan bahwa tingkat partisipasi responden untuk menjawab cukup tinggi karena hanya 10,5 persen yang tidak menjawab. Dari jumlah responden yang menjawab 1,1 persen memilih tidak memilih kedua kandidat (golput).
Kendati demikian, Indikator juga mengingatkan bahwa keterpilihan atau elektabilitas atau dukungan untuk kedua pasangan calon masih bisa berubah. “Dari warga yang sudah memiliki pilihan, sekitar 25 persen menyatakan bahwa pilihannya masih sangat mungkin berubah dan masih bisa berubah,” kata dia.
Indikator mencatat 20,4 persen menyatakan cukup besar kemungkinan untuk mengubah pilihan, sedangkan 4,6 persen menyatakan sangat mungkin mengubah pilihan. Sementara 44,8 persen kecil kemungkinan mengubah pilihan dan 29,5 sangat kecil kemungkinan mengubah pilihan, dan 0,6 persen tidak tahu.
Indikator melakukan survei pada awal bulan ini sebelum KPU menetapkan Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandi sebagai capres-cawapres. Survei melibatkan 1.220 responden yang dipilih dengan teknik sampling acak bertingkat.
Indikator melakukan wawancara tatap muka kepada responden terpilih. Kontrol kualitas terhadap hasil wawancara dilakukan secara acak sebesar 20 persen. Survei ini memiliki margin of error 2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.