Rabu 19 Sep 2018 22:53 WIB

Prof Intan Ahmad Berikan Kuliah Umum di Universitas BSI

Masa depan harus dikejar dengan kerja keras.

Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, Prof  Intan Ahmad  PhD,  memberikan kuliah umum di Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI).
Foto: Dok UBSI
Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, Prof Intan Ahmad PhD, memberikan kuliah umum di Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Prof  Intan Ahmad PhD memberikan kuliah umum kepada mahasiswa baru BSI yang saat ini telah menjadi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI).

Prof  Intan memberikan bekal ilmu tentang bagaimana generasi milineal mampu menghadapi dan bertahan di era revolusi industri 4.0.

“Saya ingin menanamkan semangat generasi muda yang nantinya siap dalam membangun bangsa dan menghadapi revolusi industri 4.0 di Indonesia,” ungkap Prof Intan dalam kuliah umumnya di Seminar Motivasi (Semot) bagi mahasiswa baru UBSI di BSI Convention Center, Jalan Raya Kaliabang nomor 8, Perwira, Bekasi Utara, Bekasi, Jawa Barat. Ahad (16/9).

Menurutnya, alasan diterima menjadi seorang mahasiswa di sebuah kampus bukan masalah tentang status mahasiswa, tetapi tentang harapan masa depan. Sehingga,  masa depan tersebut harus dikejar dengan kerja keras.

“Jangan menjadi mahasiswa seperti air mengalir saja, itu masalah. Cita-cita harus kita canangkan dan upayakan. Tentu saja harus dengan kerja keras dan sekuat tenaga,” kata Prof Intan dalam rilis BSI yang diterima Republika.co.id, Selasa (18/9).

Maka dari itu, lanjut Prof  Intan, pola pikir sebagai mahasiswa harus terus ditanamkan sejak awal terutama dalam bercita-cita. Cita-cita tidak hanya berputar sekitar kesuksesan sendiri, tetapi kesuksesan keluarga, lingkungan sekitar , bahkan bangsa dan negara Indonesia. Karena,  generasi muda yang akan mengantar bangsa Indonesia lebih baik.

“Ingat, sesungguhnya yang dapat survive bukan yang paling kuat, yang paling kaya dan cerdas, bukan itu. Tetapi yang dapat adaptif terhadap perubahan zaman,” ungkapnya.

Contohnya, lanjut Prof Intan, kesuksesan seseorang berbeda tergantung di mana ia berada. Bisa jadi, seseorang sukses di daerah Jakarata, belum tentu dapat bertahan hidup dan sukses di daerah Papua atau pedalaman Australia. Karena keahlian yang diperlukan setiap daerah berbeda.

“Apa yang kita kerjakan sekarang, lima  tahun ke depan belum tentu ada. Apalagi yang berhubungan dengan teknologi informasi. Jadi, yang perlu disiapkan dalam menghadapi revolusi industri 4.0 adalah kesiapan kita menghadapinya,” tutup Prof Intan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement