Rabu 19 Sep 2018 12:40 WIB

Risma Diminta Batalkan Perubahan Nama Jalan di Surabaya

Dua nama jalan di Surabaya akan diubah

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Nidia Zuraya
Tri Rismaharini
Foto: Republika/Wihdan
Tri Rismaharini

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA –- Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri Indonesia (GM FKPPI) Jawa Timur menolak perubahan dua nama jalan di Kota Surabaya yang kini prosesnya sedang bergulir. Perubahan nama jalan yang dimaksud adalah Jalan Gunungsari yang rencananya menjadi Jalan Siliwangi, dan Jalan Dinoyo menjadi Jalan Pasundan.

GM FKPPI menolak perubahan nama jalan tersebut sebagai kebijakan yang ahistoris. GM FKPPI pun menyesalkan usulan perubahan nama jalan itu karena dianggapnya mengingkari perjuangan para pejuang di masa lampau.

"Kebijakan ini mengingkari nilai-nilai perjuangan para pejuang. Juga menunjukkan tak adanya iktikad baik dari pengambil kebijakan untuk mengedukasi generasi muda tentang pentingnya mengingat sejarah perjuangan bangsa,” ujar Ketua GM FKPPI Jawa Timur Agoes Soerjanto di Surabaya, Rabu (19/9).

Agoes kemudian meminta Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk membatalkan perubahan nama jalan tersebut. Pembatalan tersebut menurutnya demi penghormatan terhadap sejarah yang diwarnai perjuangan para pahlawan.

"Nama jalan tersebut menjadi salah satu tetenger dari perjuangan para pahlawan,” kata Agoes.

Seperti diketahui, Gubernur Jatim Soekarwo mewacanakan adanya harmonisasi Sunda-Jawa dengan melakukan perubahan nama jalan. Di Surabaya, akan ada nama Jalan Pasundan dan Siliwangi.

Sementara di Bandung akan ada nama Jalan Majapahit dan Hayam Wuruk. Kedua nama jalan di Surabaya yang akan diganti adalah Jalan Gunungsari dan Jalan Dinoyo.

Agoes mengatakan, berdasarkan penuturan ahli dan pelaku sejarah, Jalan Gunungsari adalah bagian yang tak mungkin dipisahkan dari Front Bukit Gunung Sari sebagai basis pertahanan terakhir dan tempat gerilya arek-arek Suroboyo yang tergabung di Badan Keamanan Rakyat atau Pelajar. Yakni cikal-bakal Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP), untuk melawan tentara sekutu pada pertempuran 28 November 1945.

"Gunungsari menjadi benteng pertahanan terakhir karena lokasinya yang ketika itu masih dipenuhi bukit," ujar Agoes.

Saat itu, lanjut Agoes, sangat banyak gerilyawan rakyat dan tentara pejuang yang wafat di medan laga. Kemudian untuk mengenang jasa mereka, dibangunlah Monumen Kancah Yudha Mas TRIP di Gunungsari yang diresmikan Pangdam Brawijaya Mayjend TNI Witarmin pada 7 Februari 1981.

”Dengan nilai sejarah yang sangat tinggi itu, sangat disayangkan jika kemudian akan dihilangkan dari memori publik,” kata Agoes.

Sekretaris GM FKPPI Jatim Didik Prasetiyono menambahkan, banyak memori kolektif publik yang terikat dengan nama-nama jalan di Surabaya. Tidak terkecuali dengan Jalan Gunungsari dan Jalan Dinoyo.

“Setiap orang menyebut Dinoyo dan Gunungsari, pasti ada memori indah yang terpanggil. Secara sosiologis ini penting untuk mengikat publik menjadi himpunan yang saling peduli. Itulah ciri-ciri arek Suroboyo, yaitu punya solidaritas. Memori itu akan dicabut sepihak oleh penguasa, tentu kita tolak,” kata dia.

Didik menyarankan agar perubahan nama jalan bisa dilakukan di beberapa ruas lain. "Kan ada banyak ruas jalan baru di Surabaya. Pakai nama baru di ruas jalan itu. Jangan jalan yang sudah ada, diganti namanya,” ujar Didik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement