Selasa 18 Sep 2018 16:53 WIB

PDIP Yakin Dapatkan Suara Umat Islam Pasca-Ijtima Ulama

Menurutnya, keputusan tersebut tidak memengaruhi para pemilih dari basis Islam.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Bayu Hermawan
Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-U) Yusuf Muhammad Martak (tengah) bersama bakal calon presiden Prabowo Subianto (kanan) didampingi Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon (kiri) menunjukkan naskah pakta intregitas yang telah ditandatangani dalam acara Ijtima Ulama II dan Tokoh Nasional di Jakarta, Ahad (16/9).
Foto: Antara/Nando
Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-U) Yusuf Muhammad Martak (tengah) bersama bakal calon presiden Prabowo Subianto (kanan) didampingi Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon (kiri) menunjukkan naskah pakta intregitas yang telah ditandatangani dalam acara Ijtima Ulama II dan Tokoh Nasional di Jakarta, Ahad (16/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPD PDIP DKI Jakarta Gembong Warsono menanggapi keputusan Ijtima Ulama II yang menyatakan mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019. Menurutnya, keputusan tersebut tidak memengaruhi para pemilih dari basis Islam di Jakarta.

"Kita kan begini, ketika kita bicara dukungan itu kan hak, hak politik Ijtima Ulama. Tapi, kita sampaikan bahwa ke depan ini kan sudah cair konstelasi politiknya. Konstelasi politiknya sudah berubah. Pertarungan kita adalah pertarungan nasional, dan daerah dalam menentukan calon legislatif, jadi saya kira ini sangat berubah, sangat cair," katanya kepada Republika.co.id, Selasa (18/9).

Gembong melanjutkan, peran dari caleg, baik dari PDIP maupun partai pengusung Joko Widodo-Ma'ruf Amin, nanti juga dibutuhkan. Mereka akan ikut turun ke masyarakat untuk mengupayakan kemenangan pasangan tersebut. Menurut dia, ini tentu akan memberikan pengaruh yang kuat.

"Itu saya kira juga akan sangat berpengaruh pada kemenangan pasangan Jokowi-Ma'ruf. Karena, beberapa caleg dari semua partai pengusung kan turun ke masyarakat. Menyampaikan apa yang sudah dikerjakan, apa yang bisa kita lihat, apa yang bisa kita rasakan selama empat tahun pemerintahan Jokowi itu," ujarnya.

Gembong juga optimistis bisa menarik dukungan dari basis pemilih Anies Baswedan-Sandiaga Uno pada Pilgub DKI 2017 untuk memenangkan bakal capres dan cawapres Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019. Menurut dia, konstelasi politik antara Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu dan Pilpres 2019 tentu berubah.

"Haqqul yakin (bisa menarik dukungan) karena memang jualan kita barang yang sudah konkret. Kita menjual Jokowi-Ma'ruf itu kan jualan kita konkret. Apa yang sudah dilihat, apa yang sudah dirasakan masyarakat, itulah yang kita jual kepada masyarakat. Sehingga jualan kita ini konkret, bukan jualan barang yang sekadar di awang-awang," katanya menjelaskan.

Karena itu, menurut Gembong, tentu akan jauh lebih mudah dalam menyampaikan program-program Jokowi-Ma'ruf ke depan dalam rangka melakukan ketersinambungan pemerintahan hingga tahun ke depan. Soal kekalahan paslon usungan PDIP pada Pilgub DKI 2017 lalu, pun diyakini tidak menjadi persoalan.

"Konstelasi di tiap event kan berubah. Memang saat pilkada seperti itu, tapi ketika pilpres belum tentu akan berbanding lurus seperti itu. Maka, dibutuhkan penyelarasan dengan berbagai elemen pendukung (Jokowi-Ma'ruf)," ungkap dia.

Gembong menyatakan, pihaknya akan terlebih dulu menyelaraskan berbagai hal dari seluruh elemen pendukung Jokowi-Ma'ruf. Ini untuk menyatukan langkah dan gerak sehingga yang dilakukan tim pemenangan DKI Jakarta untuk Jokowi-Ma'ruf itu bisa selaras.

"Penyelarasan itu dibutuhkan dalam rangka menyamakan gerak ke depan agar pemenangan Jokowi-Ma'ruf bisa selaras dengan seluruh pendukung lainnya karena pendukung itu bukan hanya partai kan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement