REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Pol Eko Daniyanto kembali melakukan evaluasi penindakan tindak pidana narkoba pada pekan kedua, September 2018. Hasil evaluasi itu menyatakan, jalur distribusi laut masih menjadi andalan para pengedar untuk memasukkan narkoba ke Indonesia.
"Dari mapping minggu kedua bahwa sindikat internasional narkotika masuk melalui alur atau plot rute jalur tikus dengan menggunakan kapal," kata Eko Daniyanto di Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (14/9).
Eko menjelaskan, narkoba itu diedarkan dengan motif menjemput di tengah laut di daerah laut internasional Indonesia dengan Malaysia yang terletak di Penang. Kemudian, dijemput di koordinat yang telah ditentukan diambil ke darat baru didistribusikan ke Jawa.
Secara umum, Eko mengatakan bahwa jumlah kasus narkoba di seluruh Indonesia yang berhasil diungkap polisi pada pekan kedua September 2018 naik 72 persen dibandingkan jumlah kasus narkoba yang terungkap di pekan pertama September. Pada pekan pertama, terungkap 503 kasus narkoba. Pada pekan kedua, naik menjadi 896 kasus. Begitupun dengan jumlah tersangka yang ditangkap juga mengalami peningkatan 72 persen. "Dari 659 orang (tersangka) pada September pekan pertama. Pada pekan kedua, ditangkap 1.138 tersangka," kata Eko Daniyanto.
Eko merinci jumlah barang bukti sitaan selama pekan kedua September yakni narkotika jenis sabu sebanyak 56,3 kg, 968 kg ganja, 6.700 butir ekstasi. Sementara barang bukti narkoba yang disita pihaknya pada pekan pertama September yakni 31,6 kg sabu, 18,5 kg ganja, 133 butir ekstasi.
Eko tidak merinci semua kasus yang diungkap. Namun, kata dia, ada beberapa kasus narkoba yang mendapat perhatian selama pekan kedua bulan ini adalah kasus lima kg sabu yang diungkap Polda Kaltara. Paket sabu asal Malaysia tersebut dibawa dengan kapal nelayan dari Sebatik Timur Nunukan.
Kemudian kasus 350 kilogram ganja yang diungkap Polda Lampung. Modusnya, paket ganja dibawa dengan menggunakan kendaraan Nissan X-Trail yang ditumpuk dengan sejumlah buah jeruk untuk menyamarkan.
"Ini dari beberapa pemeriksaan tersangka mereka rata-rata dari Aceh Medan Pekanbaru yaitu Bengkalis kemudian Batam Kepri nah ini yang bisa kita evaluasi," ujar Eko.
Eko menambahkan, kerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Bea Cukai dan TNI Al pun harus ditingkatkan. Hal itu mengingat, peredaran lewat laut masih belum berhenti.
"Bagaimanapun juga kita tidak bisa berdiri sendiri atau bekerja sendiri. Tapi perlu sinergitas dengan instansi terkait dalam rangka pemberantasan peredaran gelap narkotika di Indonesia," kata dia.
Baca: Pengedar Sabu dalam Kemasan Teh Dibekuk di Jakarta