Kamis 13 Sep 2018 15:02 WIB

Antisipasi Kekeringan, Purwakarta Siapkan 200 Pompa Air

Sejauh ini, dinas pangan dan pertanian belum mendapat laporan kekeringan.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Friska Yolanda
Endang Yarmedi (65 tahun), petani asal Desa/Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, sedang menabur pupuk organik di areal persawahannya, Jumat (18/5).
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Endang Yarmedi (65 tahun), petani asal Desa/Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, sedang menabur pupuk organik di areal persawahannya, Jumat (18/5).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta menyiapkan 200 pompa air guna mengantisipasi kekeringan selama musim kemarau. Di wilayah Purwakarta, 8.000 hektare dari 18 ribu hektare sawah merupakan sawah tadah hujan yang sangat bergantung pada air hujan.

Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan, mengatakan, pemerintah sudah menyiapkan salah satu solusi untuk mengatasi kekeringan, yakni dengan menyediakan pompa air. Akan tetapi, pompa air ini bisa berfungsi jika di daerah tersebut ada sumber mata airnya.

"Kalau di daerah itu, tidak ada sumber mata air, maka pompa tidak bisa dimanfaatkan. Sebab, apa yang akan disedot, airnya saja tidak ada," ujar Agus, kepada Republika.co.id, Kamis (13/9).

Meski demikian, selama musim kemarau ini pompa air bantuan pemerintah sudah siap igunakan. Bahkan, jumlahnya sangat mencukupi jika diakumulasikan dengan pompa milik petani. Bila ditotalkan dengan milik petani, jumlah pompa air yang ada di Purwakarta mencapai 1.146 unit.

Pompa tersebut, ukurannya bervariasi, mulai kurang dari empat inci, kategori empat inci sampai yang lebih dari empat inci. Dengan begitu, kebutuhan akan pompa sudah sangat mencukupi. Jika ada yang kekeringan, maka pompa itu siap dipinjampakaikan ke petani. 

Akan tetapi, sambung Agus, sampai saat ini pihaknya belum menerima laporan adanya areal persawahan yang kekeringan. Meskipun, di Purwakarta area tadah hujannya cukup luas sampai 8.000 hektare. 

"Kemarin, kita sudah inventarisasi data, dari 8.000 hektare sawah tadah hujan, 28 hektare di antaranya terancam kekeringan," ujarnya.

Wahyu Sudrajat (45 tahun) petani asal Desa Campaka Sari, Kecamatan Campaka, mengatakan, merupakan salah satu yang memiliki sawah tadah hujan. Meskipun sawah miliknya masuk kategori tadah hujan, Wahyu masih dapat bertanam pagi meskipun pada musim kemarau. Sebab, masih ada suplai air dari irigasi yang bisa dimanfaatkan petani.

"Solusinya, kami harus menggunakan pompa untuk menyedot air. Sebab, salurannya cukup jauh dan posisinya berada di bawah," ujarnya.

Saat ini saja, lanjut Wahyu, sawahnya menjelang panen. Dirinya sangat bersyukur, tanaman padinya tidak kekeringan. 

Ke depan, setelah panen, jika belum ada hujan, dia akan menunda tanam terlebih dulu. Ia tak ingin memaksakan diri bertanam karena tidak ada suplai air yang pasti.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement