Rabu 12 Sep 2018 12:14 WIB

Pelemahan Rupiah Belum Berdampak ke Penjualan Mobil Bekas

Pedagang namun sulit mencari mobil bekas karena pemilik menahan membeli mobil baru.

Karyawan pemasaran membersihkan mobil bekas yang dijual di ruang pamer.
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Karyawan pemasaran membersihkan mobil bekas yang dijual di ruang pamer.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Sejumlah pedagang menyebutkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama atas dolar AS, belum berdampak terhadap harga penjualan mobil bekas pakai di Kota Bandarlampung dan daerah lainnya di Provinsi Lampung. Penjualan mobil bekas masih dalam kondisi normal.

"Sampai sekarang belum ada dampaknya terhadap kenaikan harga mobil bekas," kata Rifan, salah satu pedagang mobil bekas di Jalan Antasari Bandarlampung, Rabu (12/9).

Jalan Antasari Bandarlampung merupakan sentra penjualan mobil bekas di Provinsi Lampung. Di sepanjang jalan utama yang merupakan kawasan bisnis di kota Bandarlampung itu, terdapat jejeran usaha penjualan mobil bekas dengan berbagai merek kendaraan, seperti Toyota, Chevrolet, Daihatsu dan lainnya.

Rifan menyebutkan volume penjualan mobil bekas masih normal pada awal September, meski lebih sedikit dibandingkan sebelumnya. "Pada hari biasa saya bisa menjual satu unit mobil, pada akhir pekan bisa menjual 2-3 unit. Mobil bekas cepat terjual, paling lambat sebulan untuk mobil jenis dan merek tertentu," katanya.

Ia menyebutkan mobil Avanza, Innova, Honda Brio, Agya dan GrandMax yang paling laku, dan selalu dicari konsumen. Harga mobil bekas Fortuner dengan tahun pembuatan 2008-2010 berkisar Rp 200 juta, mobil bekas Agya dan Ayla umumnya Rp 100 juta, Avanza 2015 berkisar Rp 130 juta-Rp 150 juta, Innova bensin tahun 2015 berkisar Rp 179 juta-Rp 220 juta, Inova solar tahun 2015 berkisar Rp 220 juta-Rp 250 juta.

Ia menyebutkan mobil bekas buatan perusahaan asal Eropa dan AS yang sulit dijual. Karena harga jualnya tinggi dan hanya sedikit orang yang mencarinya. Meski demikian, ia menyebutkan pedagang mulai sulit mendapatkan mobil bekas sesuai kualitas yang diharapkan, karena sebagian warga menahan diri untuk membeli mobil baru.

Pedagang mobil bekas lainnya, Tony, menyebutkan omzet penjualan mobil bekas belum terpengaruh dari pelemahan nilai rupiah. "Mobil berkelas buatan pabrikan asal Jepang, seperti Honda CRV, HRV, X-Trail, Ertiga, Grand Vitara dan Alphard, sulit dijual karena harganya tinggi, sedang pembelinya tak sebanyak pembeli mobil lainnya. Pemilik mobil premium juga menjual mobilnya dengan harga tinggi sehingga harga jualnya tinggi juga," katanya.

Ia menyebutkan mobil bekas dengan tahun pembuatan berbeda satu sama sama lain. Harga mobil bekas Honda CRV berkisar Rp 250 juta-Rp 300 juta, HRV berkisar Rp 270 juta, Grand Livina Rp 140 juta, X-Trail dan Ertiga berkisar Rp 150 juta dan Toyota Alphard Rp 600 juta-Rp 800 juta.

"Untuk mobil bekas, harganya tergantung pada kondisi mobil dan tahun pembuatannya. Jadi, sangat kecil pengaruh kenaikan nilai dolar AS atas mobil bekas," katanya. Pedagang lainnya juga mengatakan bahwa harga mobil bekas akan naik jika harga mobil baru naik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement