Ahad 09 Sep 2018 16:40 WIB

Kegiatan Belajar di Lombok Barat Terganggu Akibat Gempa

Siswa masih bersekolah di kelas darurat secara bergiliran.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Friska Yolanda
Sekolah rusak di akibat gempa lombok
Foto: Republika
Sekolah rusak di akibat gempa lombok

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Bencana gempa yang melanda Nusa Tenggara Barat (NTB) membuat banyak infrastruktur rusak, tak terkecuali bangunan sekolah. Seperti yang terlihat di SDN 2 Kekait, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, hampir seluruh ruang kelasnya telah rata dengan tanah. 

Kalaupun ada tiga bangunan bersisa, kondisi strukturnya yang rusak membuatnya tidak aman untuk ditempati belajar lagi. Kondisi tersebut membuat proses kegiatan belajar mengajar (KBM) praktis menjadi terhambat.

Salah seorang guru SDN 2 Kekait, Siti Nasroh memastikan akibat dari terganggunya KBM, 111 siswa di SDN itu mengalami keterlambatan dalam menerima materi belajar. "September ini mestinya kami sudah mid semester," ujar guru tidak tetap yang telah mengabdi selama 14 tahun tersebut.

Siti Nasroh menambahkan, kebijakan Kepala sekolahnya saat ini adalah hanya memberikan materi inti dan pokok untuk diajarkan ke para siswa. Di SDN yang dahulunya juga berperan sebagai SDN-SMP Satu Atap (SATAP), kegiatan belajar terhenti lebih dari dua pekan akibat gempa pada 5 Agustus lalu.

"Sekarang kita masih belajar di kelas darurat dengan bergiliran di bawah terpal," kata Nasroh.

photo
Infografis sekolah rusak.

Saat ini, sebuah lembaga swadaya nonpemerintah, Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU), sedang mendirikan sebuah sekolah darurat di SDN 2 Kekait. Lembaga tersebut membantu menyediakan empat ruang kelas berdinding asbes serta rangka baja untuk menampung enam rombongan belajar.

"Walau kurang, setidaknya bagi para siswa cukup aman dan lebih nyaman buat belajar walau lebih sempit dari kelas yang semula," ungkap dia.

Saat mengunjungi sekolah ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Efendy memastikan agar KBM tetap berjalan semaksimal mungkin. "Tidak boleh lagi ada keterlambatan. Kita akan afirmasi bantuan-bantuan khusus agar mereka bisa mengejar ketertinggalannya. Harus ada kegiatan belajar di luar kelas," ujar Muhadjir di SDN 2 Kekait, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, Ahad (9/9).

Di tempat yang sama, Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid mengatakan, kehadiran lembaga dan donatur lain yang menyediakan sekolah darurat sangat membantu pihaknya. Fauzan mengatakan, ratusan infrastruktur pendidikan mengalami kerusakan akibat gempa.

"Jumlah infrastruktur pendidikan yang rusak di Lobar sebanyak 158 sekolah," kata Fauzan. 

Ia merinci, 14 sekolah mengalami rusak berat, dan sisanya mengalami rusak sedang dan rusak ringan. Akibat kerusakan, sekira 26 ribu siswa di Lobar harus belajar di tenda darurat untuk sementara waktu. Kondisi ini terjadi di empat kecamatan yakni Kecamatan Gunungsari, Batulayar, Lingsar, dan Narmada, yang menjadi kecamatan dengan dampak gempa terparah di Lombok Barat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement