Sabtu 08 Sep 2018 08:43 WIB

Pemkab Lombok Barat Sebar Guru Peduli Bencana

Para tenaga pendidik tersebut berasal dari unsur guru tetap daerah berstatus non-PNS.

Sekolah Darurat Tanggap Bencana yang didirikan Muhammadiyah di Lombok Utara dan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Foto: Dok MDMC
Sekolah Darurat Tanggap Bencana yang didirikan Muhammadiyah di Lombok Utara dan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Pemerintah Kabupaten Lombok Barat bekerja sama dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Nusa Tenggara Barat (NTB) melaksanakan program penyebaran guru peduli terhadap dampak bencana gempa bumi. Sebanyak 54 guru yang bergabung dalam program tersebut dilepas oleh Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid bersama Ketua PGRI NTB Ali Rahim di Gerung, Ibu Kota Kabupaten Lombok Barat, Sabtu (8/9).

Para tenaga pendidik tersebut berasal dari unsur guru tetap daerah berstatus non-pegawai negeri sipil (PNS) Kabupaten Lombok Barat yang tergabung dalam Guru Relawan Bencana Lombok. Ketua PGRI NTB Ali Rahim memastikan 54 guru tersebut adalah para guru non-PNS yang ingin mendedikasikan ilmunya, khusus untuk anak-anak sekolah korban gempa.

"PGRI yang merekrut mereka berdasarkan kepedulian dan kesukarelaan. Tidak ada gaji yang disiapkan, tapi kita menyiapkan uang transport saja," kata Ali yang akan demisioner beberapa waktu lagi.

Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid menyambut baik kelompok guru yang ingin mendedikasikan hidupnya kepada para anak-anak sekolah yang menjadi korban gempa. "Saya sangat bangga dengan kebersamaan yang ditunjukkan para guru. Tidak ada yang tidak bisa kita lakukan jika kita terus bersama," katanya.

Sebanyak 54 guru peduli bencana tersebut terdiri atas empat guru SMA, sisanya tenaga pendidik SD dan SMP. Mereka terbagi dalam sembilan regu yang akan bertugas mengajar di empat kecamatan terdampak gempa di Kabupaten Lombok Barat dan sebagian lainnya juga bertugas di Kabupaten Lombok Utara.

Koordinator Guru Relawan Bencana Lombok Taufikurrahman mengaku telah diberikan pelatihan untuk memberi penyembuhan dari trauma ke anak-anak sekolah terdampak gempa. Guru tidak tetap di SDN 2 Gerung Selatan itu, menambahkan para guru sukarela hanya bertugas sekali dalam satu minggu di lokasi penempatan.

"Hanya sehari saja dalam seminggu. Jadi tidak mengganggu tugas pokok mengajar di sekolah asal," ujar Taufik yang juga Ketua Asosiasi Guru dan Tenaga Kependidikan Honorer NTB itu.

Data Pemkab Lombok Barat, jumlah sekolah yang terdampak gempa bumi sebanyak 158 SD dan 37 SMP. Sebagian besar rusak sedang sampai berat, sisanya rusak ringan. Data kerusakan gedung SMA/SMK di Kabupaten Lombok Barat, dikelola Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement