REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Pascagempa bumi yang mengguncang Pulau Lombok pada awal Agustus 2018, warga masih kesulitan memperoleh air bersih yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama berada di posko pengungsian.
"Kalau untuk logistik, Alhamdulillah sudah banyak. Tetapi air bersih ini yang kita masih kesulitan mendapatkannya," katap H Muhibah (34) warga Dusun Api Taik, Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, Rabu (5/9).
Ia menuturkan, selama ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga mendapatkan pemasokan air bersih dari mobil tangki yang di distribusikan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) dua kali dalam seminggu. Namun demikian, jumlahnya masih sangat kurang. Mengingat, warga yang terdampak mencapai ribuan orang.
"Jangankan untuk minum, buat air wudhu saja kita sudah kesulitan," ujarnya.
Ke depan, Muhiban berharap, persoalan air bersih ini segera bisa teratasi. Sehingga, masyarakat tidak kesulitan mencari air. Mengingat, mereka akan lama tinggal di tenda pengungsian, karena kondisi rumah sudah hancur setelah di guncang gempa beruntun yang terjadi sejak awal Agustus 2018.
Kepala Desa Guntur Macan, H Murni, tidak menampik apa yang menjadi kesulitan warga tersebut. Bahkan, ia mengungkapkan tidak hanya air yang menjadi kesulitan warganya. Melainkan pihaknya masih membutuhkan terpal dan alat berat untuk bisa membersihkan puing-puing bangunan.
"Pernah ada alat berat yang datang, tetapi cuman merobohkan saja. Tidak sampai membersihkan puing-puing bangunan. Padahal yang kita inginkan itu alat berat juga ditugaskan membersihkan bangunan yang ada," tandas Murni.
Ia menyatakan, di Desa Guntur Macan terdapat 925 kepala keluarga (KK) atau 2.816 jiwa, kini harus tinggal di posko pengungsian.
Mereka ini tersebar di 14 titik pengungsian yang berada di tujuh dusun, yakni Guntur Macan, Api Taik, Barat Kokok, Ladungan, Pancor, Poan Selatan dan Poan Utara. "Rumah warga kami keadaannya sudah 98 persen hancur," kata Murni.