REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Warga Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang berada di pengungsian ingin kembali hidup normal di rumahnya. Karmin, seorang warga Dusun Kekait 2, Desa Kekait, Kacamatan Gunung Sari, yang ditemui di pengungsian mengaku ingin kembali walaupun tinggal di bawah tenda terpal yang dibangun di tanah sendiri.
"Saya ingin segera kembali ke rumah berkumpul bersama keluarga. Di sini kami meminjam tanah kebun milik orang lain (untuk mengungsi)," katanya dengan nada sedih, Selasa (4/9).
Karmin beserta 150 kepala keluarga (KK) di Rukun Tetangga 1 Dusun Kekait 2, ingin segera membersihkan puing-puing rumah mereka. Namun, karena jumlahnya yang banyak, penuh debu dan biaya angkut yang mahal membuat mereka urung melakukannya secara mandiri.
"Sulit bagi kami melakukannya secara manual karena volume puing-puing yang banyak," ujarnya.
Karmin dan para pengungsi lainnya ingin segera kembali bekerja dan menjalani hidup secara normal. Ada beberapa warga yang sudah membersihkan puing rumahnya, namun terkendala biaya angkut material bangunan ke tempat pembuangan akhir.
"Sekali angkut biayanya Rp 200 ribu satu unit dump truck. Saya tidak mampu kalau harus mengeluarkan biaya sebesar itu," kata Karmin.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kabupaten Lombok Barat, I Made Arthadana, mengatakan tidak bisa berbuat banyak dengan kondisi kerusakan rumah warga yang masif. Di samping karena tingkat penyebaran sampai ke pelosok, keterbatasan peralatan berat membuat timnya tidak mampu bergerak cepat dan optimal.
"Bagaimana mau cepat, kami hanya mempunyai masing-masing satu unit eskavator, backhoe loader dan dump truck," ujarnya.
Ia sudah meminta agar pihak swasta membantu dalam penanganan masalah pembersihan material bangunan rumah warga yang hancur. Kerusakan di Kabupaten Lombok Barat akibat gempa bumi mencakup 57.614 rumah, 108 tempat ibadah, 84 fasilitas kesehatan, 294 sekolah dan madrasah, serta jembatan dan toko/kios.
Khusus rumah, Made mengaku sudah memverifikasi 40,3 persen dari seluruh yang rusak. "Hingga Senin (3/9), totalnya sebanyak 23.242 unit rumah mengalami kerusakan. Sebanyak 12.880 kategori rusak ringan, 4.797 rusak sedang, dan 5.568 unit rusak berat," katanya.