Selasa 09 Dec 2025 15:30 WIB

Jepang Diguncang Gempa Magnitudo 7,5 dan Tsunami, tak Ada Korban Jiwa, 33 Orang Terluka

Sekitar 800 rumah sempat mengalami pemadaman listrik.

Pembeli mengantri untuk kasir di supermarket setelah gempa Senin, di Wajima di semenanjung Noto, menghadap Laut Jepang, barat laut Tokyo, Sabtu, (6/1/2024).
Foto: AP Photo/Hiro Komae
Pembeli mengantri untuk kasir di supermarket setelah gempa Senin, di Wajima di semenanjung Noto, menghadap Laut Jepang, barat laut Tokyo, Sabtu, (6/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang diguncang gempa berkekuatan magnitudo 7,5 di wilayah pesisir Pasifik Jepang pada Selasa (9/12/2025) dini hari. Badan Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Jepang mencatat sedikitnya 33 orang mengalami luka-luka, dengan satu orang dilaporkan dalam kondisi serius.

Otoritas mengimbau masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan gempa susulan setelah gempa tersebut memicu tsunami dan menyebabkan puluhan orang terluka. Mayoritas korban terluka akibat tertimpa benda jatuh, menurut laporan penyiar publik NHK.

Baca Juga

Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengatakan pemerintah telah membentuk satuan tugas darurat untuk menilai dampak kerusakan di wilayah terdampak. “Kami menempatkan keselamatan jiwa sebagai prioritas utama dan melakukan segala upaya yang diperlukan,” ujar Takaichi kepada wartawan, dilansir AP News.

Dalam sidang parlemen pada Selasa, Takaichi menegaskan pemerintah akan terus mengerahkan upaya maksimal serta mengingatkan masyarakat agar turut melindungi keselamatan diri masing-masing.

Gempa terjadi sekitar pukul 23.15 waktu setempat di Samudra Pasifik, sekitar 80 kilometer lepas pantai Prefektur Aomori, wilayah paling utara Pulau Honshu. Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mencatat kekuatan gempa sebesar magnitudo 7,6 dengan kedalaman 44 kilometer di bawah permukaan bumi.

Badan Meteorologi Jepang (JMA) melaporkan tsunami setinggi hingga 70 sentimeter terukur di Pelabuhan Kuji, Prefektur Iwate, yang berada di selatan Aomori. Gelombang setinggi sekitar 50 sentimeter juga mencapai sejumlah komunitas pesisir lainnya. NHK melaporkan beberapa rakit budidaya tiram mengalami kerusakan akibat gelombang tersebut.

Seluruh peringatan tsunami resmi dicabut pada Selasa pagi sekitar pukul 06.30 waktu setempat.

Ketua Sekretaris Kabinet Minoru Kihara mengatakan sekitar 800 rumah sempat mengalami pemadaman listrik, sementara layanan kereta cepat Shinkansen dan sejumlah jalur kereta lokal ditangguhkan pada dini hari Selasa. Operator kereta East Japan Railway menyatakan menargetkan layanan Shinkansen di wilayah tersebut dapat kembali beroperasi pada hari yang sama. Pasokan listrik sebagian besar telah pulih pada Selasa pagi, menurut Tohoku Electric Power Co.

Sebanyak 480 warga dilaporkan mengungsi sementara di Pangkalan Udara Hachinohe. Pemerintah juga mengerahkan 18 helikopter pertahanan untuk melakukan penilaian kerusakan, menurut Menteri Pertahanan Shinjiro Koizumi.

Gangguan juga terjadi di sektor transportasi udara. Sekitar 200 penumpang terpaksa bermalam di Bandara New Chitose, Hokkaido. Sebagian bangunan terminal domestik tidak dapat digunakan setelah langit-langitnya retak dan runtuh ke lantai, menurut pengelola bandara.

Otoritas Regulasi Nuklir Jepang menyatakan sekitar 450 liter air tumpah dari area pendingin bahan bakar bekas di fasilitas pengolahan ulang bahan bakar Rokkasho, Prefektur Aomori. Namun, ketinggian air masih berada dalam batas normal dan tidak menimbulkan risiko keselamatan. Tidak ditemukan anomali di pembangkit listrik tenaga nuklir atau fasilitas penyimpanan bahan bakar nuklir lainnya.

JMA mengingatkan potensi terjadinya gempa susulan dalam beberapa hari ke depan. Otoritas mencatat adanya sedikit peningkatan risiko gempa berkekuatan magnitudo 8 dan potensi tsunami di sepanjang pesisir timur laut Jepang, dari Prefektur Chiba hingga Hokkaido. Warga di 182 wilayah administratif diminta mengecek kesiapsiagaan darurat masing-masing, meski peringatan tersebut bukan merupakan prediksi pasti akan terjadinya gempa besar.

Gempa ini terjadi tidak jauh dari kawasan pesisir yang pada 2011 lalu diguncang gempa magnitudo 9,0 dan tsunami dahsyat yang menewaskan hampir 20 ribu orang serta menyebabkan bencana nuklir Fukushima Daiichi.

“Kita perlu bersiap dengan asumsi bencana serupa bisa terulang,” ujar pejabat JMA Satoshi Harada.

Sementara itu, gempa susulan masih terus terjadi. USGS mencatat gempa susulan berkekuatan magnitudo 6,6 dan 5,1 dalam beberapa jam setelah gempa utama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement