REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kembali memberangkatkan 222 insinyur muda ke lokasi korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat. Insinyur ini merupakan tenaga pendamping yang akan membantu 178 insinyur muda sebelumnya dalam rangka rehabilitasi rumah korban gempa sesuai kaidah rumah tahan gempa.
Pembangunan kembali rumah rusak pasca sangat penting dalam membantu percepatan pemulihan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di NTB. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, peran tenaga pendamping ini menjadi bagian penting tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2018 tentang percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana gempa bumi di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur, Kota Mataram dan wilayah terdampak di Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Saudara sekalian akan berada di NTB untuk mendampingi masyarakat. Kita harus bisa membimbing mereka untuk membangun rumah yang lebih baik dan karena merupakan daerah rawan bencana gempa maka rumah yang dibangun mampu menahan guncangan gempa,” kata Basuki dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id.
Rehabilitasi dan rekonstruksi rumah akan dilakukan serentak secara gotong royong atau swakelola sehingga ditargetkan bisa selesai dalam waktu enam bulan. Jumlah rumah rusak yang sudah teridentifikasi saat ini sebanyak 125.741 unit di mana 32.717 unit rumah sudah diverifikasi. Dengan jumlah sebesar itu, kebutuhan tenaga pendamping masyarakat diperkirakan sekitar dua ribuan orang. Oleh karena itu selain dari Kementerian PUPR, tenaga pendamping juga berasal dari mahasiswa dan masyarakat.
Kedatangan insinyur muda PUPR akan menambah jumlah tenaga pendamping yang sudah ada yakni sebanyak 110 relawan mahasiswa UGM, Universitas. Brawijaya dan Universitas Mataram, tim Balitbang PUPR dan fasilitator relawan dari unsur masyarakat. Jumlah ini masih akan bertambah dengan akan datangnya relawan mahasiswa dari perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta pada September dan Oktober 2018.
“Ini bukan wisata gempa bumi. Jaga kredibilitas Kementerian PUPR. Dalam mendampingi masyarakat harus menjaga sopan santun, kompak dan dapat bekerja sama dengan baik. Kalian bekerja tidak sendirian, disana ada institusi lain seperti TNI, Polri, BNPB, juga para penggiat masyarakat lainnya,“ ujar Basuki.
Para CPNS PUPR bersama TNI, Polri, BNPB, mahasiswa dan relawan akan menjadi satu tim. Satu tim terdiri dari sembilan orang yang akan bertugas mendampingi 100 rumah. Mereka akan disebar di empat wilayah yaitu Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Barat, dan Lombok Tengah. Sebelum diterjunkan ke masyarakat, 400 insinyur muda tersebut akan mendapatkan pelatihan mengenai pembuatan dan perakitan Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) dan Rumah Instan Kayu (Rika) yang merupakan inovasi rumah tahan gempa Balitbang Kementerian PUPR.
Hasyim salah seorang insinyur muda yang berangkat ke NTB mengatakan, penugasan ke Lombok merupakan kesempatan emas yang tidak didapat semua orang. “Saya beruntung dan bangga bisa ditugaskan untuk membantu masyarakat NTB,” tuturnya.
Turut melepas keberangkatan para insinyur muda, Sekretaris Jenderal Anita Firmanti, Inspektur Jenderal Widiarto, Kepala BPSDM Lolly Martina Martief serta pejabat tinggi madya dan pratama lainnya.