REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menugaskan 400 insinyur muda ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Penugasan ini diyakini bisa membentuk karakter para insinyur Calon Pengawai Negeri Sipil (CPNS) tersebut.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, berdasarkan pengalamannya ditugaskan di tempat bencana, dapat membentuk karakter seseorang. "Kalau di outbond biasa itu main-main. Tapi dengan menangani bencana, karakter orang keluar betul, sama saja dengan naik gunung," katanya yang pernah bertugas pada pemulihan Aceh pascatsunami.
Bertempat di Landasan Udara Halim Perdana Kusuma, Basuki melepas keberangkatan 198 insinyur muda, Jumat (31/8). Mereka bersama 202 orang lainnya yang telah tiba di Lombok akan melakukan "ibadah" kemanusiaan.
"Saudara sekalian akan berada di NTB untuk mendampingi masyarakat NTB yang kena dampak bencana gempa bumi, jadi ini bukan wisata gempa bumi. Anda bekerja mendampingi mereka," kata dia.
Dalam kesempatan tersebut ia meminta insinyur muda ini untuk menjaga kredibilitas institusi Kementerian PUPR, khususnya dalam mendampingi masyarakat membangun rumah mereka kembali. Kedua, menjaga persatuan, kekompakan serta sopan santun karena pihak PUPR tidak bekerja sendirian.
TNI, Polri dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan para penggiat masyarakat lainnya, sehingga harus bisa bekerja sama dengan mereka. Sebab, tujuan mereka juga adalah membantu masyarakat dengan peran masing-masing.
Kementerian PUPR tidak bisa memberi fasilitas mewah bagi para insinyur muda tersebut, selain tenda dan dapur umum. "Harus ada self surveilance masing-masing, jangan jagake wong, jangan minta dilayani! Anda yang melayani masyarakat," katanya. Jagake wong merupakan bahasa Jawa yang artinya jangan mengandalkan orang lain.
Salah satu insinyur muda yang diberangkatkan hari ini, Hasyim (24 tahun) mengatakan, penugasan ke Lombok merupakan kesempatan emas yang tidak bisa didapat semua orang. Ia pun merasa beruntung dan terpanggil untuk membantu penduduk Lombok.
Lulusan Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini pun mendapat dukungan penuh dari keluarga."Nggak ada (larangan dari keluarga) malah didukung karena kesemepatannya tidak datang dua kali," ujar anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Dukungan keluarga juga diterima anak sulung, Dolly Imanuel (25 tahun). "Kalau dari keluarga sendiri kebetulan mendukung, karena ini bagian dari pendewasaan dan juga kebetulan karena alasan kemanusiaan," katanya.
Lulusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengaku, instruksi langsung pemerintah untuk bertugas di Lombok merupakan proses belajar. Sebab, ratusan insinyur muda yang diberangkatkan berasal dari berbagai Direktorat Jenderal. Namun, ia dan ratusan rekan lainnya akan menerima pelatihan pembangunna rumah tahan gempa dalam hal ini Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA).
"Memang kurang sesuai dengan Bina Marga tapi kita belajar jugalah dari bidang lain yang ke PUPR-an" ujarnya yang kesehariannya bertugas di Ditjen Bina Marga.