Kamis 30 Aug 2018 04:55 WIB

Mayoritas TKI Asal Indramayu Perempuan

Mereka bekerja di sektor informal sebagai asisten rumah tangga.

Rep: lilis sri handayani/ Red: Ani Nursalikah
 Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang dipulangkan dari Kuala Lumpur, Malaysia tiba di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Rabu (3/12).  (Republika/ Tahta Aidilla)
Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang dipulangkan dari Kuala Lumpur, Malaysia tiba di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Rabu (3/12). (Republika/ Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri masih menjadi pilihan bagi banyak warga di Kabupaten Indramayu. Mayoritas dari mereka adalah kaum perempuan yang bekerja di sektor informal sebagai asisten rumah tangga.

Berdasarkan data dari Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Indramayu, jumlah TKI asal Kabupaten Indramayu pada 2017 mencapai 17.658 orang. Dari jumlah tersebut, 14.667 orang di antaranya adalah perempuan. Sedangkan pada 2016, jumlah TKI mencapai sekitar 16 ribu orang.

Kepala Disnaker Kabupaten Indramayu, Sri Wulaningsih menuturkan, setiap tahunnya jumlah TKI asal Kabupaten Indramayu memang meningkat. Bahkan, Kabupaten Indramayu dan Lombok kerap saling susul-menyusul menduduki posisi pertama pengirim TKI terbanyak dibanding daerah lainnya di Indonesia.

"Sekarang kita lagi nomor satu," ujar Wulan, Rabu (29/8).

Wulan mengakui, jumlah perempuan yang bekerja ke luar negeri lebih banyak dibandingkan laki-laki. Itu berarti, mayoritas TKI asal Indramayu bekerja pada sektor informal seperti asisten rumah tangga. Sedangkan laki-laki yang menjadi TKI, rata-rata bekerja pada sektor formal dan memiliki keahlian khusus.

Sri mengungkapkan, selama ini pemerintah daerah terus berupaya menggeser pekerja sektor informal ke sektor formal. Namun, dia mengakui, upaya tersebut masih terbentur sejumlah kendala.

Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Kabupaten Indramayu, Juwarih mengungkapkan, banyaknya jumlah warga Indramayu yang bekerja menjadi TKI ke luar negeri disebabkan sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan. Untuk itu, Juwarih berharap agar pemerintah bisa memberikan solusi. Salah satunya dengan membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat.

"Jadi warga tak perlu pergi jauh dari keluarganya untuk mencari nafkah," kata Juwarih.

Salah seorang TKI, Caskinih, mengaku sengaja pergi ke luar negeri karena terdesak kebutuhan ekonomi keluarga. Dia mengaku, sangat sulit mencari pekerjaan, terutama di Indramayu.

"Saya cuma lulusan SMP. Di sini mau kerja apa?," tutur Caskinih, saat ditemui sedang cuti saat Idul Fitri lalu.

TKI yang bekerja di Singapura itu mengaku bisa meringankan beban orang tuanya dari gajinya sebagai TKI. Dia juga bisa membiayai adik-adiknya sekolah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement