Selasa 28 Aug 2018 19:38 WIB

Soal Isu Pemurtadan, Ini Kata Bupati Lombok Barat

Bupati minta relawan tak mendompleng kegiatan distribusi bantuan dengan maksud lain.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Qommarria Rostanti
Korban bencana gempa bumi Lombok berdoa usai menunaikan ibadah shalat Jumat di pengungsian, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Jumat (10/8).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Korban bencana gempa bumi Lombok berdoa usai menunaikan ibadah shalat Jumat di pengungsian, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Jumat (10/8).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid mengatakan, banyak isu bermunculan pascagempa yang terjadi di wilayah tersebut. Isu-isu yang beredar melalui aplikasi pesan di telepon seluler tersebut membuat masyarakat resah.

Mulai dari isu tsunami, adanya gerombolan perampok dan maling, hingga fenomena mistis bekas tapak tangan dan kaki di dinding rumah tersebar. "Serta isu terakhir adalah kristenisasi," ujarnya saat bertemu para tuan guru di Aula Kantor Desa Sandik, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat, NTB, Selasa (28/8).

Dalam kesempatan itu, dia mengajak para tuan guru berperan aktif memberikan pemahaman kepada masyarakat. Tujuannya, agar tidak terus dihantui rasa takut dan trauma akan bencana.

Fauzan meminta semua pihak, termasuk para tuan guru dan penyuluh agama Islam, memperhatikan hal tersebut. Dia menilai, kristenisasi tidak pantas dilakukan karena mayoritas masyarakat Lombok Barat beragama Islam dan sebagian kecil lainnya beragama Hindu.

Dia meminta para relawan tidak mendompleng kegiatan distribusi bantuan dan penyembuhan trauma dengan maksud lain. Terlebih, kata dia, hal ini menyangkut persoalan keyakinan yang dianut warga. Beredar di media sosial tentang aksi yang diduga rentan pemurtadan di sebuah pos pengungsian di Lombok Utara.

Fauzan langsung meminta penjelasan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) Lombok Barat, Kementerian Agama Lombok Barat, dan pihak terkait tentang adanya indikasi hal serupa di Lombok Barat.

Pihaknya segera menyikapi persoalan tersebut dengan menyusun langkah-langkah yang lebih implementatif agar suasana penanganan bencana menjadi tetap kondusif. "Saya yakin dan dari pantauan saya, di setiap pengungsian pasti ada mushala atau masjid darurat," kata Fauzan.

Dia mengajak para tuan guru di daerah pengungsian memulai kegiatan-kegiatan pendidikan agama, utamanya bagi anak-anak. "Mulailah pimpin kegiatan zikiran atau hiziban, di samping untuk menangkis isu, juga untuk menguatkan mental," kata dia.

Fauzan berharap, isu kristenisasi tidak mengganggu proses awal transisi pemulihan pascagempa. Selain untuk menjaga kondisi mental spiritual para pengungsi, juga untuk menjaga stabilitas keamanan masyarakat.

"Dalam kondisi cemas karena gempa seperti sekarang ini, penguatan rohani menjadi sangat penting," ujarnya.

Salah seorang tokoh masyarakat yang hadir, Ustaz Sidki Abbas mengaku melalui Dewan Dakwah Islamiyah (DDII) menemukan kebenaran adanya kegiatan yang diindikasikan sebagai kegiatan kristenisasi di Kabupaten Lombok Utara. Untuk itu, pihak DDII pun membuat tim yang bergerak di bidang penguatan mental keislaman.

"Kami sudah mulai turun untuk melakukan dakwah kepada saudara-saudara kita kaum Muslimin di pengungsian," kata Sidki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement