Selasa 28 Aug 2018 02:25 WIB

Lombok Utara Fokus Pembersihan Puing pada Masa Transisi

Sekira 60 alat berat sudah beroperasi di Lombok Utara.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Sejumlah warga mencari barang berharga pada puing-puing reruntuhan bangunan di Dusun Gondang Timur, Desa Gombang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara barat, Senin (20/8).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah warga mencari barang berharga pada puing-puing reruntuhan bangunan di Dusun Gondang Timur, Desa Gombang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara barat, Senin (20/8).

REPUBLIKA.CO.ID,  LOMBOK UTARA -- Masa tanggap darurat bencana gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), berakhir pada Sabtu (25/8). Saat ini, status transisi dari masa tanggap darurat menuju pemulihan.

Bupati Lombok Utara Najmul Ahyar membeberkan perbedaan yang ada pada status transisi menuju pemulihan tersebut. "Dari status tanggap darurat menuju pemulihan supaya kita bisa berpikir hal-hal yang lebih besar," ujarnya kepada Republika, Senin (27/8).

Sebelumnya, kata dia, perhatian utama hanya berfokus pada kebutuhan-kebutuhan pokok yang diperlukan warga korban gempa, seperti tenda darurat, terpal, selimut, makanan, pakaian, MCK, hingga asupan gizi untuk bayi.

Kini, pemerintah akan berpikir lebih fokus pada hal-hal yang lebih luas, seperti pembangunan rumah kembali, sekolah, hingga sarana umum lainnya.

"Begitu masuk ke transisi, kita mulai berpikir bagaimana anak-anak sekolah, penyiapan ruang kelas darurat, artinya lebih luas yang kita pikirkan daripada sekadar sembako kemarin," lanjutnya.

Meski begitu, lanjut Najmul, bukan berarti pemerintah mengabaikan kebutuhan pokok yang masih terus dibutuhkan masyarakat. Najmul memiliki harapan agar sekolah dapat kembali terbangun paling lambat pada enam bulan ke depan. Pun dengan pembangunan kembali rumah warga yang rusak.

Namun hal ini terkendala kurangnya alat berat. Najmul menilai, tahap pertama dalam rencana pembangunan kembali infrastruktur bangunan yang rusak ialah dengan pembersihan puing, di mana membutuhkan bantuan alat berat.

"Kendala kita saat ini adalah (kekurangan) alat berat, kekurangan mesin atau alat pemotong baja, itu yang menghambat percepatan proses pembersihan di puing-puing yang ada," kata dia.

Najmul menyebutkan, sekira 60 alat berat sudah beroperasi di Lombok Utara. Namun, jumlah tersebut masih dirasa kurang mengingat besarnya luas wilayah terdampak gempa yang meliputi seluruh wilayah di Lombok Utara.

"Kemarin (alat berat) banyak terkosentrasi di (Kecamatan) Pemenang karena presiden meminta segera memulihkan perekonomian pariwisata sehingga jalan di Bangsal dibersihkan semua," ucapnya.

Sementara, kata Najmul, lokasi lain di Kecamatan Tanjung, Gangga, Kayangan, hingga Bayan juga membutuhkan bantuan alat berat. Ia memperkirakan, persentase pembersihan puing bangunan akibat gempa di Lombok Utara berkisar di angka 20 persen sampai 30 persen.

"Pembersihan puing masih terus berjakan, saya lihat kawan-kawan TNI juga menambah personel lagi, sekitar tujuh kompi datang bantu percepatan transisi menuju pemulihan," kata Najmul.

Najmul menyampaikan, pembersihan puing menjadi inti dari tahapan yang harus segera diselesaikan karena memiliki dampak pada aspek psikologis warga, dan juga rencana pembangunan kembali infrastruktur bangunan.

"Kalau sudah dibersihkan baru didirikan rumah. Kalau alat berat sudah ada mungkin lebih cepat kita bekerja, lebih cepat juga bisa dirikan kelas darurat," ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement