Senin 27 Aug 2018 19:32 WIB

Mencari Peluang di Tenda Pengungsian

Barang dagangannya cukup banyak yang membeli, terutama anak-anak.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Qommarria Rostanti
Suharniati di Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, sedang menjajakan jajanan di depan tenda pengungsiannya, Senin (27/8).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Suharniati di Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, sedang menjajakan jajanan di depan tenda pengungsiannya, Senin (27/8).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Nursyamsi

Keterbatasan tak menjadi penghalang untuk berjuang. Dari tenda pengungsian, Suharniati tetap menjalankan aktivitasnya sebagai seorang pedagang.

Perempuan asal Dusun Kekait 1, Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), itu sudah hampir tiga pekan tinggal di tenda pengungsian.

Bersama seluruh keluarga besarnya yang terdiri atas lima kepala keluarga (KK), mereka meninggalkan rumah yang kini sudah rata dengan tanah. Penyebabnya, apalagi kalau bukan gempa yang terjadi pada Ahad (5/8) malam.

Sehari-harinya, Suharniati adalah seorang pedagang makanan dan minuman ringan di SDN 3 Kekait. Musibah yang melanda, membuatnya harus menghentikan aktivitasnya sementara waktu.

Awalnya, dia masih tidak percaya dengan musibah yang dialami. Sebab, kejadian ini terjadi begitu tiba-tiba.

"Saya lagi shalat Isya di masjid, kemudian gempa besar sekali datang, lampu gelap, panik semua," ujarnya saat ditemui Republika.co.id di Pos Pengungsian Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Senin (27/8).

Masjid yang biasa dia gunakan untuk beribadah pun rusak tak terkira. Jamaah yang saat itu ada di dalamnya mengalami luka-luka. Untungnya, kata dia, tidak ada yang meninggal dunia.

Malam itu juga, Suharniati bersama suami, anak-anak, dan keluarga besarnya bergegas menuju tanah lapang yang kini menjadi posko induk untuk korban gempa di Desa Kekait. Dia bersama 1.400 warga lain tinggal di sana sementara waktu menanti datangnya bantuan.

"Awal-awal di sini ya kita tidur seadanya pakai terpal sudah, tak ada apa-apa, rumah juga sudah roboh semua," kata dia.

Pagi harinya, sang suami kembali ke rumah untuk mengambil apa yang bisa diambil seperti pakaian. Sementara barang-barang lainnya sudah tidak layak pakai.

"Suami saya honorer di Dinas Perpustakaan Lombok Barat, baru hari ini masuk kerja lagi," ujarnya.

Perempuan berusia 29 tahun itu bersyukur barang dagangannya masih bisa diselamatkan. Dia membawa barang-barang itu ke tenda pengungsian untuk dijajakan kepada masyarakat. Dengan meja seadanya yang berada di depan tenda, dia menjajakan jajanan kepada warga sekitar.

"Sayang aja ini jajanan masih banyak, mending dijual di sini, lumayan banyak yang beli, terutama anak-anak," kata Suharniati.

Dia pun berterima kasih atas datangnya bantuan dari pemerintah dan donatur lain untuk kebutuhan keluarganya. Mulai dari beras, sembako, hingga kebutuhan air bersih.

"Alhamdulillahnya di sini sudah ada toilet dan masjid darurat sehingga kita bisa nyaman beribadah," kata dia.

Untuk ke depan, Suharniati berharap adanya bantuan dari pemerintah terkait pembangunan kembali rumahnya yang sudah roboh. Kalau bisa memilih, dia menginginkan bantuan rumah yang aman dan tahan dari gempa.

"Ya kalau bisa ada bantuan rumah tapi yang tahan gempa, biasa-biasa aja enggak apa-apa, daripada bagus-bagus ternyata gampang rusak kalau gempa," ujar dia sembari berharap.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement