Sabtu 25 Aug 2018 19:41 WIB

Pengungsi di Lombok Rentan Terserang Penyakit

Perubahan cuaca ekstrem menambah derita pengungsi.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Teguh Firmansyah
Anak-anak di pengungsian korban gempa di Lombok Utara.
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Anak-anak di pengungsian korban gempa di Lombok Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Lombok Barat (Lobar), Abdullah, mengatakan warga terdampak gempa yang tinggal di pos pengungsian sangat rentan terserang penyakit. Adapun penyakit yang cukup banyak diderita saat ini adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

"Kehidupan pengungsian sudah tentu sekadarnya. Asal mereka dapat berteduh dari panas dan merasa aman dari getaran gempa, sudah cukup bagi mereka. Kondisi tersebut sangat jauh dari standar sehat dan aman," ujar Abdullah di Lombok Barat, NTB, Sabtu (25/8).

Pos pengungsian Lobar tersebar di sejumlah titik. Seperti warga di Kecamatan Gunung Sari, para pengungsi terkonsentrasi di banyak tempat, dengan pos pengungsian terbesar ada di posko wilayah di halaman (area) Kantor Camat Gunung Sari. Kemudian ada juga pos pengungsi di Dusun Wadon, pos Dopang, Guntur Macan, pos pengungsi Medas, dan pos di Desa Kekait.

Ia menambahkan, perubahan cuaca yang ekstrem di siang yang terik dan dingin di malam hari, debu, sanitasi yang minim, serta asupan makan yang seadanya menjadi potensial menambah derita para pengungsi. "Para pengungsi sudah diintai oleh ragam penyakit," lanjutnya.

Menurut catatan Dinas Kesehatan Lobar, ada beberapa temuan kasus pasien pengungsi. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) tercatat paling banyak yaitu sebanyak 3.810 kasus.

Sesudah itu Cephalgia 2.678 kasus, Mygalgia 2.662, Hipertensi 2.333 kasus, Gastritis 646 kasus, Dermatitis 684 kasus, Dyspepsia 621 kasus, Diare 602 kasus, OA 251 kasus, Febris 349 kasus, Influenza 206 kasus, dan Vulnus 76 kasus.

"Kalau dilihat dari dari sebaran itu, ada lima penyakit terbanyak, tapi tiga di antaranya berhubungan dengan stres yaitu cephalgia, hipertensi dan gastritis di Kecamatan Batulayar, Gunung Sari, Lingsar, dan Narmada," kata dia.

Salah seorang pengungsi, Baiq Isna (30 tahun) dari Dusun Prempung Desa, Desa Sandik, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat, membenarkan fenomena itu. Ia sendiri mengaku punya keluhan yang sama,

"Iya benar, ini kepala rasanya pusing dan tekanan darahnya naik," ujar Isna saat sedang mengantri pemeriksaan di Pos Kesehatan Korps Marinir milik TNI AL.

Korps ini ikut aktif membantu Lobar saat tanggap darurat. Melihat data dan fakta lapangan, penanggung jawab pos itu, Mayor Laut (K) Riski Hardiani mengatakan, saat ini penyakit yang terbanyak adalah hipertensi, diare, dan batuk pilek.

"Kita sangat prihatin dengan kondisi sanitasi dan masalah kebersihan. Diare bisa menjadi ancaman paling utama dari kondisi itu," kata Riski.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement