REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan jumlah titik panas (hotspot) mengalami peningkatan seiring semakin meluasnya pengaruh musim kemarau di sejumlah wilayah di Indonesia. Wilayah dengan titik panas terbanyak tercatat di Kalimantan Barat sebanyak 798 titik.
"Kalimantan Tengah ada 226 titik, Jambi 19 titik dan Sumatera Selatan 13 titik," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (23/8).
Sebelumnya BMKG memprediksi pengaruh musim kemarau yang berlangsung Agustus-September hanya mencakup sebagian besar Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Namun, pengaruh musim kemarau meluas ke wilayah Sumatera bagian Selatan, Kalimantan, dan sebagian Sulawesi.
Dwikorita mengungkapkan, informasi titik panas tersebut disusun oleh LAPAN, berdasarkan citra satelit Terra dan Aqua. Peningkatan jumlah hotspot tersebut, menurut Dwikorita, karena kondisi atmosfer dan cuaca yang relatif kering sehingga mengakibatkan tanaman menjadi mudah terbakar. Kondisi tersebut diperparah dengan maraknya pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertanian dengan cara membakar.
Oleh karena itu, BMKG terus berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemerintah daerah, instansi terkait, dan masyarakat luas untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran lahan dan hutan. Tak hanya itu, BMKG juga mewaspadai dampak dari dampak kabut asap karena berpotensi mengganggu kesehatan.
"Untuk meminimalisasi risiko akibat paparan kabut asap tersebut kami mengimbau masyarakat menggunakan masker untuk menutup mulut dan hidung," katanya.