REPUBLIKA.CO.ID, PROBOLINGGO -- Sebuah video yang memperlihatkan anak-anak usia TK bercadar dan membawa senjata tengah ramai diperbincangkan netizen. Terkait hal tersebut, kepolisian memeriksa intensif kepada pemilik sekolah yakni TK Kartika V Probolinggo.
Atribut yang digunakan oleh peserta Pawai Budaya TK Kartika V Probolinggo tersebut, menuai banyak kontroversi di media sosial. Hal itu karena pakaian yang digunakan itu dikaitkan oleh netizen dengan terorisme.
Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung Mangera mengatakan, pihaknya juga akan memeriksa apakah ada ajaran radikalisme di sekolah tersebut. "Sudah diperiksa ya (terkait adanya ajaran radikalisme atau tidak di sekolah itu)," ujar dia saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (19/8).
Ia membenarkan adanya pawai tersebut, dalam sebuah Pawai Budaya tingkat TK di Probolinggo, Jawa Timur. Menurutnya, koordinasi telah dilakukan oleh seluruh pihak yang terlibat dalam pawai budaya tersebut. Pawai itu merupakan kegiatan rutin yang diadakan setiap tahunnya.
"Tahun ini temanya Pawai Budaya Bhinneka Tunggal Ika. Pelaksanaannya kemarin, Sabtu (18/8) pukul 07.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB, ada sekitar 158 peserta," kata Frans.
Sementara, Kapolres Probolinggo Kota AKBP Alfian Nurrizal mengatakan, pawai itu tidak mengajukan izin dari pihak kepolisian. Namun Polres Probolinggo Kota tetap melakukan pengamanan di jalur yang dilalui peserta pawai. Pengamanan dilakukan atas inisiatif dari kepolisian atau spontanitas.
"Benar salah satu peserta pawai No 1 dari TK Kartika V Probolinggo (di bawah naungan Kodim Probolinggo), menggunakan pakaian berhijab dan bercadar hitam dengan membawa replika senjata," ujar Alfian dalam konferensi pers terkait video viral tersebut.
Tema yang diusung oleh TK Kartika V Probolinggo di bawah pimpinan Kepala Sekolahnya yakni Hartatik, menggunakan tema 'Bersama Perjuangan Rasulallah Kita Tingkatkan Keimanan dan Ketakwaan kepada Allah SWT'. Selain itu, kostum tersebut dipilih karena alasan memanfaatkan properti yang ada di sekolah, sehingga tidak perlu menyewa kostum. Menurut pemilik sekolah, pemilihan tema tersebut secara spontanitas, tidak ada tujuan yang mengarah kepada tindakan yang melanggar hukum. "Tema peserta Pawai Budaya dari TK Kartika V Probolinggo, diserahkan kepada panitia pawai budaya pada pagi harinya," ujar Alfian.
"Dalam pelaksanaan dari pihak panitia, tidak terdapat petugas khusus maupun pengecekan terkait kostum dan atribut yang dipakai oleh peserta pawai budaya," kata Alfian menambahkan.
Kepolisian menyebut adanya kelalaian dari pihak panitia (Disdikpora Kota Probolinggo), lantaran tidak memeriksa terlebih dahulu kostum dan atribut para peserta. Sehingga kostum dan atribut TK Kartika V Probolinggo dapat lolos, dan mengesankan persepsi buruk di masyarakat.
Sementara itu, Kepala Sekolah TK Kartika V Probolinggo, Hartatik, bersama dengan Ketua Panitia Pawai Budaya, Supaiani, menyampaikan permintaan maafnya dalam konferensi pers tersebut. Ia mengaku tidak ada maksud untuk memberikan kesan bahwa TK itu telah mengajarkan paham radikalisme atau terorisme.
"Kepala Sekolah TK Kartika V meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Kota Probolinggo atas kegiatan yang tidak ada maksud apapun. Tidak ada maksud mengarah kepada simbol-simbol radikalisme atau teroris, hanya menanamkan keimanan kepada anak didik," kata Hartatik.