Rabu 15 Aug 2018 14:15 WIB

Pejabat Kabupaten Tangerang Kunjungi Tiga SD di Sleman

Tercipta atmosfer yang luar biasa di sekolah-sekolah tersebut.

Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal (kiri) saat berbincang dengan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Hadisa Masyhur, di SD Negeri Rejodani, Sleman, beberapa waktu lalu.
Foto: Republika/Fernan Rahadi
Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal (kiri) saat berbincang dengan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Hadisa Masyhur, di SD Negeri Rejodani, Sleman, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sejumlah pejabat dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang melakukan kunjungan studi banding ke sebanyak tiga sekolah dasar (SD) di Kabupaten Sleman, Kamis (9/8) lalu. Mereka ingin melihat secara langsung praktek sekolah menyenangkan yang diterapkan di tiga SD tersebut.

Ketiga SD tersebut adalah SD Negeri Rejodani, SD Negeri Karangmloko 2, dan SD Muhammadiyah Mantaran. Ketiga SD yang tidak berbiaya mahal itu memang telah menjadi sekolah percontohan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) sejak beberapa tahun terakhir.

"Saya melihat atmosfer yang luar biasa di sekolah-sekolah ini, dimana tercipta sebuah karakter yang sangat kuat," ujar Kepala Dinas Kabupaten Tangerang, Hadisa Masyhur, kepada wartawan, di sela-sela kunjungan tersebut.

Hadisa mengaku kagum dengan suasana yang tercipta di sekolah-sekolah tersebut dimana dinding-dinding sekolah terlihat begitu hidup, sementara senyum selalu menyungging dari para guru dan siswa yang melakukan kegiatan belajar-mengajar. 

"Saya lihat suasana seperti ini memberikan stimulus semangat bagi kami untuk melakukan langkah serupa. Nanti, sepulang dari sini kami akan mendeklarasikan sekolah nyaman dan menyenangkan di Kabupaten Tangerang," kata Hadisa.

Ketua Dewan Pendidikan Tangerang, Prof Erman Anom, yang turut serta dalam rombongan tersebut, juga memberikan apresiasi terhadap ketiga sekolah tersebut. Menurut dia, sudah seharusnya para siswa sekolah dasar tidak dibebankan terlalu banyak aspek akademik di sekolah. Karena hal itu akan memicu stres terhadap para anak didik.

"Sudah seharusnya kita meniru konsep pembangunan karakter seperti ini, terutama untuk anak kelas 1 SD hingga kelas 4 SD. Baru nanti mulai kelas 5 SD anak-anak bisa digenjot untuk mengejar target akademik," kata Erman.

Pendiri GSM, Muhammad Nur Rizal, mengatakan kedatangan para pejabat dari Kabupaten Tangerang itu dilatarbelakangi dari pertemuannya dengan Hadisa pada pagelaran Festival Pendidikan di Tangerang beberapa waktu lalu. Dari situ, yang bersangkutan tertarik untuk menerapkan konsep GSM di wilayahnya.

"Mereka ingin tahu langsung bagaimana penerapan GSM di sekolah-sekolah percontohan ini dan segera ingin mengadopsinya di Kabupaten Tangerang," tutur Rizal.

Rizal mengungkapkan hanya dalam waktu beberapa tahun saja perubahan yang diciptakan berbagai sekolah percontohan tersebut sudah sangat luar biasa. Saat ini, di DIY dan Jawa Tengah sudah terdapat 27 sekolah percontohan GSM. Beberapa waktu belakangan ini, GSM juga sudah merambah ke Provinsi Banten, terutama di Kabupaten Tangerang. Hanya saja, saat ini baru ada sekolah-sekolah swasta yang bergabung.

Untuk menjadi bagian dari GSM, kata dia, sekolah-sekolah harus melalui seleksi yang tidak mudah. Meskipun demikian, kata Rizal, GSM akan memprioritaskan sekolah-sekolah negeri yang tidak berbiaya mahal.

"Karena sudah menjadi konsep kami bahwa pendidikan berkualitas harus dimiliki anak-anak miskin, agar seluruh anak Indonesia memiliki kesempatan yang sama menikmati pendidikan yang berkualitas," tutur dosen Universitas Gadjah Mada itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement