Rabu 15 Aug 2018 12:32 WIB

Balita Sukabumi Alami Gejala Kecanduan Rokok

Balita akan mencakar bila tidak dipenuhi keinginannya merokok.

Rep: Riga Iman/ Red: Indira Rezkisari
Larangan merokok
Foto: EPA
Larangan merokok

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Petugas medis dari Puskesmas Cibadak Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat mendatangi rumah balita 2,5 tahun yang diketahui kerap mengisap rokok, Rabu (15/8). Hasilnya petugas memastikan balita yang berinisial RAF ini memang mulai mengalami tanda kecanduan rokok.

Sebelumnya seorang balita yang berinisial RAF putra dari pasangan suami-istri Misbahudin (45) dan Maryati (35) warga Kampung Pondok Anyar RT 04 RW 04 Desa Tenjojaya Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi menghebohkan masyarakat Sukabumi. Perilaku RAF dinilai tak wajar. Ia seringkali mengambil puntung rokok yang berada di depan rumahnya.

''Awalnya RAF mengalami status gizi di bawah garis merah (BGM),'' ujar Kepala Puskesmas Cibadak Maman Surahman kepada wartawan di sela-sela memeriksa kondisi kesehatan RAF. Setelah ditangani petugas puskemas status gizinya mulai membaik.

Namun kini kata Maman, balita tersebut mulai merokok. Bahkan RAF mulai mengalami gejala kecanduan merokok. Contohnya bila meminta rokok kepada orangtuanya dan tidak diberikan maka RAF akan marah.

Kondisi tersebut kata Maman dikarenakan faktor orangtua dan lingkungan. Salah satunya akibat pendidikan orangtua yang kurang dan faktor kebiasaan.

Selain itu lanjut Maman, orangtua dinilai terlalu memanjakan anaknya tersebut. Sebabnya mereka baru memiliki anak

laki-laki.

RAF merupakan anak keenam. Semua kakak RAF merupakan perempuan. ''Sehingga ketika anak minta ini dan itu diberikan termasuk rokok sehingga ketagihan seperti ini kejadiannya,'' kata dia.

Untuk mengembalikan ke normal, ungkap Maman, diperlukan kesadaran orang tua dengan tidak menuruti keinginannya merokok. Penanganan selanjutnya tutur Maman yakni melakukan koordinasi dengan instansi terkait lainnya tidak hanya kesehatan. RAF perlu menjalani terapi agar tidak merokok lagi. Koordinasi dilakukan antara Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial serta aparat kecamatan.

Upaya terapi diperkirakan hanya selama satu bulan. Selepas itu nantinya dilanjutkan oleh orangtua di rumah.

Ibu kandung RAF, Maryati membenarkan anaknya marah jika tidak diberikan rokok. ''Bila anak saya minta rokok dan tidak diberikan marah bahkan sampai mencakar,'' ujar dia.

Maryati mengatakan, pada saat tidur pun RAF harus memegang sebatang rokok. Awal kecanduan rokok anaknya tersebut karena mengambil puntung rokok di halaman rumah maupun di jalanan.

Selanjutnya ujar Maryati anaknya mengisap atau memakan puntung rokok. Sehingga dalam sehari anaknya bisa menghabiskan sebanyak dua hingga tiga batang rokok.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement