Sabtu 11 Aug 2018 21:23 WIB

Kiai Ma'ruf Sebagai Ajang Pembuktian NU

Kader NU belum pernah sukses dalam pemilihan presiden secara langsung.

Rep: Bayu Adji Prihammanda/ Red: Teguh Firmansyah
Calon presiden Joko Widodo (kiri) didampingi calon wakil presiden Ma'ruf Amin (kanan) bersalaman dengan para relawan seusai deklarasi di Gedung Joang, Jakarta, Jumat (10/8).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Calon presiden Joko Widodo (kiri) didampingi calon wakil presiden Ma'ruf Amin (kanan) bersalaman dengan para relawan seusai deklarasi di Gedung Joang, Jakarta, Jumat (10/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terpilihnya Kiai Haji (KH) Ma'ruf Amin menjadi calon wakil presiden (cawapres) Joko Widodo (Jokowi) dinilai sebagai ajang pembuktian bagi kader Nahdlatul Ulama (NU). Pasalnya, selama pemilihan presiden (pilpres) dilakukan secara langsung, belum pernah ada satu pun kader NU yang terpilih.

Wakil Sekretaris Jenderal PKB Jazilul Fawaid mengatakan, beberapa nama dari struktur Pengurus Besar NU (PBNU) memang pernah menjabat sebagai presiden atau wakil presiden, yaitu Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Hamzah Haz.

Menurut dia, kesempatan kiai Ma'ruf sebagai cawapres harus dimanfaatkan untuk membuktikan kader NU mampu menjadi pemimpin bangsa. "Sekarang ini Rais Aam, keluarga besar NU akan bersatu dapat membuktikan bahwa maruf mumpuni dan mampu unntuk menjadi wakil presiden. Tugas NU dan kita, sebagai partai yang dilahirlan dari PBNU," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (11/8).

Gus Dur menjadi kader NU pertama yang menjadi Presiden pada 1999 yang dipilih oleh MPR. Sementara Hamzah Haz, terpilih menjadi Wakil Presiden mendampingi Megawati Soekarnoputri pada 2001, juga melalui MPR. Namun, ketika pilpres dilakukan secara langsung, belum pernah ada kader NU yang berhasil memenangkan kontestasi.

Pada pilpres 2004, Salahuddin Wahid dan Hasyim Muzadi mencalonkan diri sebagai wakil presiden, sedangkan Hamzah Haz mencalonkan sebagai presiden. Ketiganya ternyata tak bisa memenangkan suara langsung dari rakyat.

Jazilul menganggap pilples 2019 berbeda dengan 2004. Ketika itu, kata dia, kader NU saling berkompetisi satu sama lain. Namun pada 2019 mendatang, Kiai Ma'ruf menjadi satu-satunya orang PBNU dalam pilpres.

"Kalau dulu kan terpecah. Mudah-mudahan modal kebersatuan ini akan menjadikan kiai Ma'ruf untuk membuktikan kepada Indonesia bahwa kader NU juga mampu," kata dia.

Baca juga, Jokowi Gandeng Ma'ruf Amien Demi Kebinekaan.

Presiden Joko Widodo menjelaskan alasannya memilih Kiai Ma'ruf Amien sebagai calon wakil presiden (cawapres) yang bakal mendampinginya pada pemilihan presiden (pilpres) 2019. Jokowi mengatakan pilihan tersebut atas dasar kebinekaan. 

Ia mengatakan Ma’ruf Amien merupakan sosok yang tepat yang memiliki latar belakang yang mumpuni. Selain sebagai tokoh agama, Ma'ruf juga pernah menjabat di berbagai posisi. 

"Beliau sebagai anggota DPRD, DPR RI, MPR RI, wantimpres, rais am PBNU dan juga ketua MUI. Dalam kaitannya dengan kebinekaan Profesor Maruf Amien saat ini juga menjabat sebagai dewan pengarah BPIP," kata dia Jokowi dalam deklarasinya di Restoran Plataran Menteng, Jakarta, Kamis (9/8). 

Jokowi mengatakan keputusan kembali mencalonkan diri sebagai calon presiden dan menggandeng Ma’ruf diambil setelah mendapatkan berbagai masukan. Jokowi mengaku mendengarkan saran dari para ulama, ketua umum partai, dan seluruh pengurus partai serta relawan pendukungnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement