Jumat 10 Aug 2018 06:36 WIB

Penghuni Resah Prostitusi Marak di Kalibata City

Pihak Kalibata City sebut tidak bisa mencegah jika unit sudah dibeli pembeli

Rep: Rahma Sulistya/Flori Sidebang/ Red: Bilal Ramadhan
Suasana diduga taman yang disebut Kasubdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Azhar Nugroho, pada Kamis (9/8) pagi, yang menjadi sarang prostitusi dan awal mula transaksinya di belakang Tower Herbras Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan.
Foto: Republika/Rahma Sulistya
Suasana diduga taman yang disebut Kasubdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Azhar Nugroho, pada Kamis (9/8) pagi, yang menjadi sarang prostitusi dan awal mula transaksinya di belakang Tower Herbras Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Polda Metro Jaya menduga lima dari 17 tower di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan menjadi lokasi prostitusi. Hal ini terungkap dari tertangkapnya 32 orang pekerja seks komersial (PSK), yang lima orang di antaranya masih di bawah umur, di apartemen tersebut.

Maraknya prostitusi ini membuat resah para penghuninya. Salah satunya, Abdul Rahman, yang sudah mengontrak selama enam bulan di apartemen tersebut, tepatnya di lantai 16 Tower Flamboyan. Ia resah karena memiliki dua anak yang sudah beranjak dewasa.

Anak pertamanya adalah seorang perempuan berusia 25 tahun dan anak keduanya adalah laki-laki berusia 18 tahun. Ia khawatir kedua anaknya terpengaruh dengan perilaku para PSK yang kerap hilir mudik dengan pakaian terbuka.

"Coba datang saja ke sini pas malam minggu, semua tower ramai perempuan berbaju minim. Siapa lagi kalau bukan PSK?" kata Rahman kepada Republika, Kamis (9/8).

Sebagai warga yang sudah tinggal beberapa bulan, ia menduga seluruh tower di apartemen tersebut, ada praktik prostitusi. Tapi sejauh ini, Abdul belum pernah sampai didatangi oleh seorang PSK yang menawarkan diri.

Keresahan maraknya prostitusi juga dituturkan salah seorang ojek pangkalan yang kerap mangkal tepat di dekat Stasiun Duren Kalibata, Yuda. Ia mengaku pernah ditawari oleh salah satu germo dengan penawatan tarif termurah yaitu Rp 200 ribu.

Tarif termahal juga ditawarkan kepada Yuda yakni sekitar Rp 1 juta, tapi dia tidak bertanya lebih lanjut apakah itu untuk tarif per jam atau per malam. Ia juga tidak menanyakan kriteria PSK seperti apa yang dimaksud murah dan mahal.

"Sekitar 2017, dulu masih banyak yang berdiri di pinggir jalan dan nawarin saja. Waktu itu malam minggu sekitar pukul 00.00 WIB dini hari lah. Ditawarin Rp 200 ribu yang paling murah. Saya sih ogah, mending buat anak istri saya," tutur Yuda.

Republika juga menemui salah seorang satpam yang berjaga di pintu masuk apartemen bernama Rudi. Ia mengatakan sistem keamanan di apartemen dibagi menjadi dua, ada keamanan di luar dan di dalam apartemen.

Untuk keamanan di luar memang dikirim dari kopkar (koperasi karyawan) langsung, dan di lengan sebelah kanan lengkap dengan bet Polda Metro Jaya serta mengenakan helm PKD (petugas keamanan dalam).

"Kami keamanan bagian luar saja, anggota kami ada 30 orang untuk apartemen ini. Beda lagi sama satpam yang jaga tower, itu kami tidak tahu," jelas Rudi. Sehingga, Rudi enggan berkomentar lebih jauh apakah ada keterlibatan satpam dalam setiap transaksi prostitusi di Apartemen Kalibata City.

Sementara itu, Camat Pancoran Herry Gunara mengatakan, pihaknya sudah lelah memberitahu soal maraknya prostitusi kepada pihak Apartemen Kalibata City. Herry menilai apartemen tersebut sangat tertutup dan ketat sekali penjagaannya.

"Ya waktu itu saja dipanggil menteri bisa nolak, apalagi saya yang cuma camat. Saya tidak ada wewenang untuk bertindak di sana. Tapi saya akan tampung semua laporan warga," kata Herry.

Cerita mengejutkan juga datang dari salah satu pelanggan yang sedang bersama dua PSK, yang berhasil ditemui Republika di salah satu tempat makan di Tower Damar Apartemen Kalibata City. Dua PSK ini memiliki kulit yang gelap kecoklatan, rambut diwarnai pirang, dan berdandan ‘menor’. Mereka disebut-sebut baru akan menjadi PSK, dan memang kemauan dari diri mereka sendiri.

"Jakarta keras say. Kalau enggak begini, enggak bisa ikutin gaya cewek Jakarta," ujar salah satu PSK tersebut.

Sang pelanggan yang juga merupakan seorang laki-laki mungkin diperkirakan usia di atas 40 tahun, mengatakan ada sebuah taman yang menjadi tempat berkumpulnya para PSK. "Itu di belakang sana (menunjuk ke arah belakang Tower Herbras)," ujar dia singkat.

Usai mewawancari kedua PSK yang sedang bersama pelanggannya itu, Republika mencoba mendatangi taman yang berada di belakang Tower Herbras. Benar saja, ada sebuah taman yang letaknya memang berada di ujung belakang Apartemen Kalibata City, dan menjadi satu-satunya taman tersembunyi di kawasan apartemen itu.

Taman ini persis seperti yang disebut oleh Kasubdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Azhar Nugroho. Ia mengatakan ada sebuah taman di kawasan Apartemen Kalibata City, yang diduga memang jadi sarang para pria hidung belang berkumpul.

General Manager Kalibata City, Ishak Lopung menyebutkan, dalam pengungkapan kasus prostitusi anak di Kalibata City pada awal Agustus 2018 ini merupakan hasil kerja sama mereka dengan pihak kepolisian. Ishak tak menampik jika ada praktik sewa ilegal yang dipergunakan untuk melakukan kejahatan, seperti prostitusi.

Akan tetapi, menurut Ishak dalam perjanjian dan aturan pengelolaannya, pihak Pengelola Kalibata City hanya berhak mengelola aset bersama. Sementara unit-unit yang telah dibeli oleh masyarakat adalah hak dan tanggung jawab mereka.

“Kami tidak bisa menjangkau sampai ke sana, sebab kalau unitnya telah dibeli maka itu sepenuhnya hak dan tanggung jawab yang bersangkutan,” kata Ishak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement