Kamis 09 Aug 2018 23:33 WIB

Warga Lombok Diimbau Jauhi Bangunan Tinggi dan Pohon Besar

Warga disarankan tinggal sementara di lapangan terbuka.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ani Nursalikah
Bangunan di Kota Tua Ampenan, Mataram, NTB, rusak akibat gempa berkekuatan 6,2 SR pada Kamis (9/8) pukul 13.25 Wita.
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Bangunan di Kota Tua Ampenan, Mataram, NTB, rusak akibat gempa berkekuatan 6,2 SR pada Kamis (9/8) pukul 13.25 Wita.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pascagempa susulan dengan kekuatan 6,2 skala Richter pada Kamis (9/8) pukul 13.25 Wita, Danrem 162/WB Kolonel Czi Ahmad Rizal Ramdhani selaku Komandan Satuan Tugas Penanggulangan Gempa Lombok menyampaikan gempa tersebut berlangsung sekitar lima sampai 10 detik.

Peristiwa itu membuat warga dan sekitar posko panik. "Namun masih kondusif," kata dia.

Ia mengungkapan, jumlah korban meninggal berdasarkan laporan masyarakat dan tercatat oleh Babinsa maupun Babinkamtibmas hingga pukul 12.00 Wita sebanyak 319 orang. "Sementara menurut data Dukcapil sudah tercatat dan terverifikasi dengan surat kematian sebanyak 257 orang," ucap dia.

Adapun langkah antisipasi terhadap gempa susulan baik skala besar maupun kecil, ia mengimbau masyarakat menjauhi bangunan tinggi atau pohon besar. Ia menyarankan warga tinggal sementara di lapangan terbuka menggunakan tenda untuk menghindari korban.

Menurutnya, korban terbanyak hingga saat ini berada di Kecamatan Bayan dan Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, karena hampir 90 persen rumahnya rusak sehingga jumlah korban semakin bertambah. "Untuk saat ini pasukan yang sudah diploting di Kecamatan Bayan dan Kayangan dari Yonzipur 10 dan Yonzikon 13 dengan harapan bisa membangun kembali sarana dan kebutuhan masyarakat agar bisa hidup lebih baik," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement