REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sedih setiap kali melihat informasi hoaks atau bohong yang tersebar melalui media sosial (medsos). Jokowi mengatakan, informasi bohong dan fitnah yang kemudian diyakini kebenarannya oleh masyarakat justru akan membahayakan negara.
"Sedih saya baca di medsos. Sedih. Banyak kabar bohong, banyak ujaran kebencian. Ini yang saya kira jadi tugas harus disyiarkan terus," ujar Jokowi saat meresmikan pembukaan pendidikan kader ulama MUI Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (8/8).
Jokowi mengingatkan masyarakat agar tak mudah curiga dan berprasangka buruk. Karena itu, ia meminta kepada para ulama untuk terus mensyiarkan informasi yang benar. "Saya titip pada kader-kader ulama, yang dikembangkan adalah khusnu tafahum bagaimana berprasangka baik, berpikir penuh kecintaan. Ini yang harus dikembangkan, jangan sampai saling mencela, sampai memfitnah, jangan sampai menjelekkan," ucapnya.
Baca juga: Bantah tak Pro-Islam, Jokowi: Jangan Terjebak Isu Politik
Jokowi pun kemudian menceritakan dirinya yang menjadi korban hoaks, yakni tudingan yang menyebutkan dirinya merupakan anggota PKI. Isu tersebut bahkan sempat dikonfirmasi oleh salah seorang pimpinan pondok pesantren kepada Jokowi.
"Ada pimpinan pondok pak kiai bisikin pada saya, Pak Presiden saya mau bicara empat mata mohon maaf. Saya sudah pikir pasti ini urusan PKI. Betul. Masuk ke kamar Pak Kiai sampaikan, Pak jokowi apa benar kabar bahwa Bapak itu PKI? Saya sampaikan pada pak kiai, saya lahir itu tahun 1961. PKI dibubarkan tahun 65. Apa ada PKI balita?" ceritanya.
Baca juga: Rebut Dua Blok, Jokowi: Begitu Dibilang Antek Asing?