Rabu 08 Aug 2018 12:01 WIB

Bantah tak Pro-Islam, Jokowi: Jangan Terjebak Isu Politik

Jokowi menegaskan tudingan jika dirinya tidak pro Islam adalah fitnah.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bayu Hermawan
Presiden Joko Widodo
Foto: Republika/ Wihdan
Presiden Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan dirinya merupakan seorang muslim yang sangat membela umat Islam. Jokowi menegaskan, tudingan jika dirinya tidak pro terhadap umat Islam adalah fitnah dan hoaks

"Presiden Jokowi tidak pro-Islam. Bagaimana? Saya tuh muslim, tiap hari tiap minggu hampir tiap bulan dengan Pak Kiai Ma'ruf Amin ke mana-mana. Dengan Imam besar masjid Istiqlal Prof Nazarudin Umar juga ke mana-mana," katanya di depan para ulama saat meresmikan pembukaan pendidikan kader ulama (PKU) MUI Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (8/8).

Jokowi pun kemudian menyebutkan salah satu kebijakan pemerintah yang dinilainya mendukung kesejahteraan umat Islam yakni didirikannya Bank Wakaf Mikro di pesantren-pesantren yang ada di Indonesia.  "Kita juga telah membuka 40, memang baru 40 tapi akan terus diperbaiki, Bank Wakaf Mikro di pesantren yang kita beri modal Rp 8 miliar setiap bank wakaf mikro," ujarnya.

Selain itu, ada pula kebijakan yang menetapkan hari santri nasional. Kebijakan-kebijakan tersebut menurutnya, menunjukan bahwa dirinya mendukung umat Islam. Jokowi pun meminta agar tudingan-tudingan tersebut tak terus berkembang. "Jangan sampai ada suara Presiden Jokowi gak pro-Islam. Yang buat perpres hari santri nasional tuh siapa? Masa sudah kayak gitu dibilang tidak pro-Islam," tegasnya.

Menurut Jokowi, tudingan-tudingan tersebut merupakan isu politik yang dimainkan menjelang pemilihan presiden 2019. Karena itu, ia meminta agar masyarakat tak terjebak dengan isu-isu politik tersebut yang tengah dimainkan oleh kalangan politisi.

"Ini harus kita mulai bersama-sama jangan sampai terjebak isu politik. Ini penyebarnya urusan politik tadi, urusan pemilihan bupati, wali kota, gubernur, presiden. Jangan diterus-teruskan. Setop. Ini pintarnya orang-orang politik dalam mempengaruhi. Dan kita terpengaruh. Artinya yang pintar orang politik," ucapnya.

Baca juga: Samawi: Kriteria Pemimpin Versi Ijtima Ulama Ada di Jokowi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement