REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Musibah yang terjadi di wilayah Lombok menyisakan duka mendalam. Kapolda NTB Irjen Pol. Achmat Juri mengatakan, tidak ingin ada duka lagi di Lombok hanya karena isu-isu penjarahan yang belum tentu kebenarannya.
"Cukup duka di wilayah Lombok ini terjadi karena musibah gempa, jangan ditambah lagi dengan isu-isu SARA lainnya," ujar Achmat di Mataram, NTB, Rabu (8/8).
Ia menegaskan, beredarnya informasi melalui pesan whatsapp atau media sosial bahwa ada aksi penjarahan disebabkan sekelompok orang yang memanfaatkan situasi musibah gempa adalah hoaks.
"Saya yakinkan itu adalah hoaks. Warga jangan cepat terpancing isu yang belum tahu kebenarannya," ucapnya.
Baca juga: In Picture: Anak-anak Korban Gempa di Pemenang Lombok Utara
Ia melanjutkan, apabila ada hal mencurigakan yang ditemukan warga, bisa langsung menghubungi kantor Kepolisian terdekat.
"Kami sudah melakukan patroli untuk ciptakan situasi agar di NTB tetap kondusif, baik skala besar maupun kecil. Kami imbau jangan ada yang main hakim sendiri. Percayakan penanganan hukum pada kami," katanya menambahkan.
Gempa berkekuatan 7 skala Richter terjadi pada Ahad (5/8) sore pukul 18.46 WIB di darat, 18 kilometer barat laut Lombok Timur berkedalaman 15 kilometer dengan koordinat 8,37 Lintang Selatan dan 116,48 Bujur Timur.
Hingga Senin pagi, sedikitnya telah terjadi sembilan gempa susulan setelah gempa tersebut. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban tewas telah mencapai 91 orang.
Baca juga: Intruksi TGB Tangani Korban Gempa.
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGB Zainul Majdi mengimbau agar seluruh warga di wilayah terdampak gempa yang terjadi pada Ahad (5/8) tidak panik. Ia juga meminta semua masjid di Lombok Utara dan sekitarnya menyerukan untuk menenangkan masyarakat agar tidak panik.